Rabu, 24 April 2013

mencoba membuat naskah drama karya pribadi, maaf kalau ada kesamaan.


“Empat Gadis Sayuran”

Disebuah desa terdapat satu keluarga petani yang hidupnya cukup sederhana, yaitu keluarga Pak Saman dan Bu Saman. Mereka  tinggal disebuah rumah kecil. Mereka mempunyai empat orang anak gadis yang sangat cantik. Anaknya yang pertama yang diberi nama Brokolina, yang kedua Timunia, yang ketiga Tomatina, dan yang bungsu namanya Wortelina. Mereka sangat sayang pada kedua orang tuanya.
Pak Saman memberi nama pada anak-anaknya sesuai dengan keadaan panen mereka, makanya nama anak-anaknya diambil dari nama-nama sayuran. Mereka sangat bersyukur mempunyai empat anak gadis yang selalu membantunya bertani. Anak-anaknya bisa tumbuh dewasa dan sangat cantik, hingga banyak pemuda-pemuda yang jatuh hati pada anak-anaknya. Namun yang membuat Pak Saman sedih, sampai saat ini anak-anaknya belum ada yang mau menikah, karena mereka memiliki kriteria pemuda idamannya masing-masing.
Akhirnya pada suatu hari Bu Saman mengusulkan pendapatnya pada Pak Saman untuk mengumpulkan anaknya dan bertanya bagaimana kriteria pemuda idaman anak-anaknya itu. Pak Saman pun menyetujuinya dan segera mengumpulkan anak-anaknya di ruang keluarga untuk menanyakan hal itu.
#Di ruang keluarga.
Pak Saman : “anak-anakku, bapak mengumpulkan kalian ditempat ini, karena bapak dan ibu ingin membicarakan kapan kalian akan menikah, kalian kan sudah berumur, dan di luar sana juga banyak pemuda-pemuda yang sering mendekati kalian. Sebenarnya laki-laki seperti apa yang kalian inginkan.?” (sambil menatap ke setiap anak-anaknya)
Bu Saman : “Iya, sebenarnya kalian ingin laki-laki seperti apa sih.? Ibu sudah tidak sabar ingin menimang cucu.”
Suasana pun hening sejenak.
Brokolina : “gini loh pak, bu. (sambil melihat ke arah bapak da ibunya) Aku sih nggak muluk-muluk, Cuma pengen punya suami yang kaya, ganteng, pokoknya lebih dari segala-galanya deh. Aku kan gak mau di ajak susah.”
Pak Saman hanya mengangguk “kalau kamu?” (sambil melihat ke arah Timunia)
Timunia : “Kalau timun sih, terserah bapak aja, yang penting dia banyak uang dan mempunyai kehidupan yang mewah, Timun juga gak mau diajak hidup susah.”
Tomatina : “Saya juga terserah bapak aja, yang penting dia bisa membimbing saya.”
Wortelina : “kalau aku sih, sama siapa aja boleh deh pak. Yang penting ok.” (dengan gaya centilnya)
Brokolina : (Berdiri menghadap adik-adiknya, sambil berkacak pinggang) “eh! Apa sih kalian ini main terserah-terserah aja. Harus ada syaratnya donk kalau ada yang mau nikahin kita. Jangan main terserah aja. Emang kalian mau dikawinin sama orang kampung yang miskin, HAH? (kemudian melanjutkan bicaranya) ingat! Kita ini gadis paling cantik di kampung ini, masa harus dapet orang-orang yang ada di kampung ini, meni enggak banget ih..”
Wortelina : “Betul tuh betul!” (berdiri di samping Brokolina)
Tomatina : “Apa sih kak, gak boleh gitu ah, masa jodoh milih-milih. Sama siapa juga gak apa-apa lah kak, yang penting dia bisa membawa kita ke jalan yang benar.” (dengan nada lemah lembutnya)
Wortelina : “Betul juga tuh betul... betul...” (sambil mengagguk-angguk dan menunjuk Tomatina)
Timunia : “Apa sih Wortelina, kesini betul kesana betul. Sebenarnya kamu setuju sama siapa sih.?”
Wortelina : (garuk-garuk kepala) “Sebenarnya sih aku nggak ngerti dua-duanya ngomong apa? Makanya aku bilang betul aja, kalau aku ngomong gak ngerti nanti malah di marahin lagi. heheh”
Brokolina : “Huh! Dasar Wortelina. (sambil mendorong kepala Wortelina) Makanya kalau ngomong tuh di pikir dulu, tau gak maksudnya apa.?”
Wortelina hanya geleng-geleng.
Brokolina : “Kamu juga timun (sambil menunjuk Timunia) kamu mihak sama siapa.? Kamu setuju sama siapa.?”
Timunia : “Sebenarnya sih, omongannya Tomatina ada benernya juga.. (tiba-tiba omongannya dipotong Brokolina)
Brokolina : “Jadi. Kamu mihak sama Tomatina?” (matanya melotot)
Timunia : “Enggak juga kak, aku malah lebih mihak kakak. Iya lah tidak mudah lah untuk dapetin kita, harus ada perjuangannya donk.”
Brokolina : “Nah! Begitu baru bagus.” (mengacungkan jempol didepan hidung Timunia). (melihat ke arah Wortelina) “kalau kamu gimana?”
Wortelina : “Aku sih ngikut aja.” (sambil cengegesan)
Brokolina : “Bagus.” (melihat ke arah Tomatina) “kalau kamu gimana?”
Tomatina : “Tadi kan saya sudah bilang, saya mah terserah bapak sama ibu saja.”
Brokolina : “Heuh dasar! Kita tuh lebih cantik dari orang lain. Jadi nasib kita juga harus lebih dari orang lain donk. Gimana sih.”
Tomatina : “Tapi kak, gak kaya gitu juga kok. Kita sama kok sama mereka”
Melihat anak-anaknya yang berdebat, akhirnya Pak Saman angkat bicara.
Pak Saman : “Aduh..! kenapa sih malah jadi debat kaya gini. Ya sudah, kita adakan sayembara saja, kita pilih siapa yang berhak mendapatkan kalian. Kalian mau minta syarat apa.?” (Pak Saman menutup perdebatan)
Wortelina : “Aku ingin calon suamiku membawakan ku wortel yang palii.....ng cantik.”
Timunia : “HAH??? Wortel cantik? Ada gituh wortel yang cantik? ngebedain wortel cewek sama wortel cowok aja udah susah, apalagi wortel yang cantik. Mana ada?” (sambil senyum mengejek)
Brokolina : “Bagus. Bener sayaratnya harus gitu, harus yang mustahil, biar mereka berjuang mati-matian demi kita. Kalau aku, aku ingin syarat brokoli yang paling segar dan sempurna, tidak ada cacat sama sekali.”
Timunia : “Kalau timun, timun ingin kalung yang terbuat dari kulit mentimun.”
Pak Saman : “Hmm..” (sambil manggut-manggut, melihat tomatina yang hanya diam saja, akhirnya Pak Saman bertanya pada anaknya itu) “kalau kamu mau ngasih syarat apa.?”
Tomatina : “Gak usah lah pak, cukup bawa benih tomat aja.”
Brokolina : “HAH??? Benih tomat? Gampang banget syaratnya, gak ada yang lain apa? Misalnya tomat busuk gitu.? Hahaha..”
Timunia dan Wortelina : “hahahaha..” (ikut menertawakan)
Pak Saman : “Ssttt... (menempelken telunjuk di bibirnya) sudah jangan menertawakan saudara kalian. Ya udah kalau itu syaratnya besok akan bapak umumkan pada para pemuda yang ingin mengikuti sayembara ini.”
Pak Saman pun pergi, tapi dihentikan oleh Brokolina.
Brokolina : “Pak! Jangan hanya orang kampung sini donk, orang yang dari daerah lain juga harus ikut, mana tau yang memenuhi syarat kita itu orang luar daerah sini. Ya pak yah.” (sambil memelas)
Pak Saman hanya mengangguk dan kemudian meninggalkan mereka yang di ikuti oleh  Bu Saman. Mereka juga pergi ke kamarnya masing-masing untuk tidur.
Keesokan harinya Pak Saman mengumpulkan semua pemuda-pemuda yang ada di daerah sana di lapangan dekat perkebunannya, untuk mengumumkan sayembara yang di adakan untuk siapa saja yang ingin menjadi menantunya. Dan mengumumkan mengenai syarat-syarat yang diajukan anak-anaknya.
#Di lapang dekat perkebunan.
Pak Saman : “Hadirin sekalian! Saya berdiri disini untuk memberitahukan, bahwa saya akan mengadakan sayembara untuk mendapatkan anak-anak saya. Siapapun yang bisa membawa syarat-syaratnya dengan lengkap, maka dia berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan salah satu dari mereka. Adapun syarat-syaratnya yaitu yang pertama, para hadirin harus membawa brokoli yang paling segar paling sempurna tanpa cacat, terus wortel yang paliiing cantik, terus kalung yang terbuat dari kulit mentimun, dan benih tomat. Dan syarat kedua akan diumumkan setelah syarat pertama lengkap. Sayembara ini diadakan tidak hanya untuk pemuda yang ada di daerah sini, tapi yang di luar daerah sini juga boleh mengikutinya. Oleh karena itu, bagi bapak-bapak maupun ibu-ibu yang memiliki sanak saudara di luar desa ini, silahkan ajak bila ingin mengikuti sayembara ini. Sayembara ini akan dilaksanakan pada hari esok. Sekian pengumuman ini, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih, Assalamualaikum Wr. Wb.”
Pak Saman pun pergi meninggalkan tempat itu dan para hadirin pun bubar dan mulai sibuk mempersiapkan persyaratan untuk mengikuti sayembara.
Berita Sayembara Pak Saman pun menyebar luas ke beberapa daerah, hingga yang mengikuti sayembara sangat banyak dan datang dari berbagai daerah.
Keesokan harinya sayembara pun dimulai. Dan dari sekian banyak orang yang terpilih tinggallah tiga orang yang tersisa yang datang dari luar desa tersebut, untuk mengikuti babak terakhir/persyaratan kedua.
#Di Arena Sayembara.
Datang seorang MC dari balik pintu.
MC : “Ok. Akhirnya kita mendapatkan tiga kandidat yang akan menjadi calon menantu Pak Saman. Dan siapakah yang akan berhasil melewati syarat yang kedua, yang merupakan syarat kejutan dari para gadis impiannya. Dan seperti apakah syaratnya.?” (tiba-tiba Pak Saman datang dan menghampiri MC itu, dan membisikan sesuatu padanya) Ok. Syaratnya adalah.... (jeng..jeng..jeng..jeng...) setiap kandidat harus bisa melukiskan setiap suara yang akan kalian dengar dengan waktu yang telah di tentukan. Dan barang siapa yang nantinya melukis dengan benar, maka ia berhak mendapatkan apa yang di lukisnya. Paham..? paham para kandidat..?”
Semua Kandidat : “Paham....”
MC : “Ok. Saatnya kita mulai sayembara yang sesungguhnya.  Ok. Para kandidat apakah sudah siap.?”
Ketiga Kandidat : “Siap”
MC : “Ok. Kita mulai. Silahkan untuk orang pertama untuk mengeluarkan suara emasnya.”
Kemudian terdengar sebuah suara dari balik tirai.
Suara 1 : “hai! Aku panjang dan berwarna hijau, biasanya aku suka dijadiin lalaban, atau campuran acar, atau biasa juga dijadiin penghias makanan. Siapakah aku?”
MC : “Ok. Waktu kalian melukis hanya 5 menit, dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis. Silahkan suara kedua.”
Suara 2 : “Aku bulat dan berwarna merah, kadang aku asam, kadang aku manis. Aku sering dipasangkan dengan cabai. Siapakah aku.?”
MC : “Okay. Siapakah dia? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis. Silahkan suara ketiga.”
Suara 3 : “Aku berwarna hijau, aku mengandung banyak vitamin, aku juga biasa di sebut si kribo, aku juga banyak disukai orang-orang. Siapakah aku.?”
MC : “Ok. Siapakah pemilik suara itu? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) ok. Waktunya sudah habis, dan silahkan kepada suara yang terakhir.”
Suara 4 : “Hallo! Para kandidat, kalian tebak aku yah. Aku berwarna orange dan panjang, aku juga mengandung vitamin A, loh. Aku juga banyak disukai manusia ataupun hewan. Ayo tebak siapakah aku.? paipai”
MC : “Ok. Siapakah pemilik suara itu, sepertinya yang satu itu agak centil yah? Dan Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis, dan silahkan kepada Pak Saman dan Bu Saman untuk melakukan penilaian. (Pak Saman dan Bu Saman pun berkeliling melihat hasil lukisan dari para kandidat) Dan kita akan panggilkan langsung para pemilik suara tadi. Silahkan para gadis pemilik suara misterius untuk memasuki arena dan memberikan penilaian langsung.”
Keempat anak Pak Saman pun keluar dari balik tirai, dan langsung duduk di tempat yang telah disediakan. Mereka kaget karena melihat kandidat sayembaranya yang tampan-tampan, tapi hanya tinggal tiga orang, itu berarti akan ada salah satu yang tidak mendapat pasangan atau malah tidak ada satu pun.
Lain lagi dengan para kandidat. Para kandidat itu malah bengong, mereka tidak henti-hentinya menatap dan mengagumi akan kecantikan anak-anak Pak Saman yang kini telah berada di hadapan mereka.  
MC pun memulai acara lagi.
MC : “Ok. Kita mulai dari penilaian yang pertama. Silahkan kepada pemilik suara pertama untuk maju kedepan (ternyata itu adalah Timunia). Dan para kandidat silahkan kalian tunjukan hasil lukisan kalian (mereka pun menunjukan hasil lukisan mereka) bagaimana nona? Apakah ada dari mereka yang melukis diri nona dengan benar?”
Timunia : (menunjukan raut sedih) “hiks...hiks...hiks... kok gak ada yang bisa gambarin aku sih....?” (sambil kembali ke tempat duduknya sambil menangis dan memasang wajah kecewa)
MC : “Oh... oh..oh ternyata suara pertama gagal. Tidak apa, jangan sedih nona, mungkin belum jodoh. Ok, sekarang kita lanjut ke suara yang kedua. Silahkan untuk pemilik suara kedua untuk menilai hasil lukisannya (ternyata itu adalah Tomatina). Para kandidat, silahkan tunjukan hasilnya.!”
Tomatina : (menunjuk salah satu kandidat yang duduk di tengah-tengah) “Anda, saya suka dengan lukisan anda, tuan. Lukisan anda sangat indah. Tuan mau kan membimbing saya dan menjadi masa depan saya.?” (ucapnya lemah lembut dan tak ketinggalan senyum manisnya)
Kandidat 2 : (berdiri dan menghampiri Timunia) “Tentu saja nona, saya sudah tentu mau jadi masa depan nona, dan saya akan berusaha untuk membimbing nona.”
Tomatina : “Terima kasih tuan, sekarang silahkan perkenalkan diri tuan, dari mana tuan berasal.?”
Kandidat 2 : “Nama saya pangeran Rawit, anak dari raja Cabai di kerajaan Cabai yang ada di kampung Lada, di sebrang sana.”
Ternyata dia adalah pangeran rawit yang terkenal dengan kegagahan dan ketampanannya, semua wanita sangat mengidolakannya, termasuk Brokolina anaknya Pak Saman. Mendengar hal itu Brokolina sangat kesal dan langsung mendekati mereka.
Brokolina : (memegang tangan pangeran rawit) “Pangeran. Pangeran tak pantas dengan si tomat busuk ini. Pangeran tuh cocoknya sama akyu Brokolina. Coba deh pangeran perlihatkan gambar suara orang ketiga, pasti mirip banget sama aku.”
Pangeran pun menunjukkan gambarnya, dan sontak membuat para penonton dan kedua adiknya tertawa, bahkan MC nya pun ikut tertawa dan membuat Brokolina dongkol, malu, dan langsung pergi ke tempat duduknya.
MC : (masih berusaha menahan tawa) “Ok, telah berhasil satu kandidat yang mendapatkan gadis cantik dan lemah lembut, yaitu Tomatina, semoga kalian berbahagia. Mungkin dari Pak Saman atau Bu Saman, ada yang ingin kalian sampaikan pada pasangan ini.?”
Pak Saman : “Selamat pangeran Rawit, tidak disangka kalau saya akan mendapatkan menantu seorang pangeran, tolong jaga anak saya Tomatina, bimbinglah dia. Aku merestui kalian”
Pangeran Rawit : “Baik Pak Saman, saya akan menjaga dan melindunginya lebih dari apapun.”
Bu Saman : “berbahagialah kalian, dan cepatlah kalian menikah. Aku sudah tidak sabar ingin punya cucu.”
Mereka hanya mengangguk. Pak Saman dan Bu Saman pun kembali duduk, karena harus melanjutkan penilaian. Pasangan baru itu juga ikut duduk, duduk di tempat yang telah di sediakan.
MC : “Ok. Sekali lagi selamat untuk kalian. Dan kita lanjutkan lagi acaranya. Langsung saja kita panggilkan pemilik suara yang ketiga. (ternyata Brokolina) ohh!! Ternyata nona yang tadi berharap sama pangeran Rawit yah. Tidak apa nona mungkin pasangan nona salah satu dari 2 kandidat ini. Silahkan para kandidat untuk menunjukkan hasilnya.”
Ternyata tidak ada gambar yang mirip dengan dirinya.
Brokolina : “huu~uuh. Kenapa sih gak ada yang bisa menggambar aku, apa aku ini terlalu cantik? Apa kalian minder dengan kecantikanku? Tak apa lah, lagian aku juga tidak tertarik dengan kalian berdua. Kalian berdua tuh bukan level ku.” (pergi meninggalkan arena sayembara)
MC : “Kenapa nona Brokolina marah-marah.? Tapi biarkanlah, mungkin sayembaranya sudah selesai, sudah tidak ada lagi...”
Wortelina : (bangkit dari tempat duduk sambil berkacak pinggang) “eh,, kok selesai sih? Kan aku belum dipanggil. Anaknya bapak ku kan ada empat, tadi baru tiga loh. (marah pada MC yang melupakannya) ya sudah gak usah di panggil, biar aku maju sendiri, gak di suruh juga bisa! (dengan nada ketus). Haii!! Para kandidat yang tampan-tampan mana hasil lukisannya, pasti ada yang mirip sama diriku iya kan.”
Timunia : (nyamperin Wortelina dan memukul pundaknya) “woyy!! Kandidatnya dibelakang, (sambil menunjuk ke belakang) yang di depan mah penonton. Bisa ngebedain kagak seehh..? bego banget sih.”
Wortelina : (cengengesan sambil garuk-garuk kepala walau tidak gatal) “ehh.. iya.. lupa.. hehehe... (melihat ke arah Timunia) ngapain masih disini? Ini kan giliranku. Pergi sana kamu kan udah gagal.”
Tiba-tiba Timunia menangis histeris sambil pergi meninggalkan arena sayembara.
Wortelina : (keheranan) “pantes gak ada yang milih, orang dia cengeng, mana ada yang mau sama gadis cengeng.”
MC : “nona Wortelina, silahkan memberikan penilaian.”
Wortelina : (melihat benci ke arah MC) “apa sih? Gak disuruh juga ini mau. (mondar-mandir seperti orang yang sedang berpikir sambil sesekali melihat gambar dari kedua kandidat) hmm... sepertinya kamu! (menunjuk pada satu kandidat yaitu kandidat nomor 1) ya kamu, lukisan kamu laziieess, hauce ping..ping..ping (gaya benu bulo).”
Tiba-tiba datang lagi timunia, dan menepuk pundak Wortelina.
Timunia : “woyy!! Dia tuh orang bukan makanan, kok laziieesss, hauce ping.. ping.. ping..? gimana sih? Jadi cewek kok o’on banget.”
Wortelina : “Biarin yang penting aku gak cengeng, kakak kan gak ada yang milih gara-gara kakak cengeng. Wle... (sambil menjulurkan lidahnya).”
Timunia : “hiks.. hiks.. hiks.. huwwaaaa...” (kembali menangis dan pergi meninggalkan arena sayembara)
Wortelina : (heran) “apaan sih gaje banget, tiba-tiba masuk, tiba-tiba nangis, terus pergi.”
Pak Saman : “sudah lanjutkan saja penilaiannya.”
Wortelina : “IYA IHH BAA....wel (saat kaget ternyata yang bicara Bapaknya, karena dia pikir yang tadi bicara itu MC) hehe... iya Bapak. Aku pilih yang nmor satu, silahkan maju dan perkenalkan dirimu.!”
Kandidat 1 : (maju dan memperkenalkan dirinya) “Nama saya Sagara, saya anak dari Lurah Cijambu. Terimakasih.”
Wortelina : “Hah! Lurah cijambu. Horee!! Aku jadi menantu pak Lurah. (langsung melihat ke belakang takut Timunia datang lagi)
Bu Saman : “apakah kamu senang Wortelina.?”
Wortelina : “seneng bangettz.” (gaya anak gahool)
Bu Saman : “Ibu senang kalau kalian senang.”
Pak Saman : “Bapak juga. (melihat ke arah kandidat nomor 3) maaf raden anda belum beruntung, cobalah beberapa kali lagi.”
Kandidat 3 : “Terima kasih Pak Saman, saya permisi.” (pergi meninggalkan arena)
MC : “Ok. Acaranya sudah selesai, para penonton silahkan untuk meninggalkan arena.”
Tiba-tiba...
Brokolina dan Timunia : “TUNGGUU!!!”
Brokolina : “Pak, kami kan belum punya pasangan.”
Timunia : “Iya pak, gimana.?”
Pak Saman : “Kalian sabar aja nanti juga akan ada pasangan buat kalian. Mungkin di sayembara tahun depan.” (sembari pergi meninggalkan arena, di ikuti Bu Saman, MC dan kedua pasangan yang sedang berbahagia)
Brokolina dan Timunia : “HAHH??? TAHUN DEPAN...?? HWAAA...” (mereka menangis berjamaah)
Itulah akhirnya, yang sombong, yang selalu menganggap dirinya pintar, mengaggap dirinya paling tinggi tidak mendapat apa-apa. Tetapi yang polos apa adanya dan bahkan direndahkan malah mendapat hasil yang baik. Seperti kata pepatah, bila dia menanam benih maka dia yang akan menuai buahnya. Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula begitu juga sebaliknya.

~SELESAI~

1 komentar: