“17-01-07”
Karya
: Lusi Fitriyani
“Kriiing....”
alarm berbunyi, tanda aktivitas baru pun dimulai. Pagi ini aku berangkat ke
sekolah dengan senyuman, karena teman-temanku menjemputku ke rumah. Aku
sekarang masih duduk di bangku SMP kelas VIII dan masih belum kenal jelas
dengan yang namanya CINTA, karena aku masih fokus dengan mengejar prestasi di
sekolah.
Akupun
berangkat tepatnya berempat dengan teman-temanku. Kaki melangkah diiringi
dengan tawa dan canda. Seiring perjalanan kami terdengar suara seorang pria
memanggil namaku “Lusy... Lusy....” akupun menengok dengan rasa penasaran,
keGRan dan malu. Langkah kakiku semakin cepat, karena malu oleh pria itu.
“Ciieee... ciiee....” teman-temanku meledek, tapi tak ku hiraukan. Dalam hati,
ku berbicara ‘aku tahu pria itu, tapi aku tak kenal. Hmmm... tapi jangan GR
dulu ah! Siapa tahu dia cuman iseng.’
Sampailah
aku disekolah, disambut hangat oleh sahabat-sahabatku, namanya Citra dan Siti.
Kami selalu bertiga di sekolah. Kami mulai akrab, ketika kami sering bersama
untuk kuliner, karena hobi kami ini sama persis yaitu main dan cari makanan,
he..he...he... Sehingga kami bertiga akrab dan tidak terpisahkan.
“Uci..!
(panggilan sahabat-sahabatku kepada aku) sebulan lagi kan valentine, gimana
udah punya cowok? Kan biar dapat kado.” Tanya Citra iseng kepadaku. “Boro-boro
Cit, laku juga enggak!” jawabku. “Tuh! Si Citra udah punya, tuh.” Kata Botin
(Botin panggilan aku dan Citra untuk Siti). “Wah! Masa?” jawabku kaget. “Iya,
baru semalem jadian, hehehe...” jawab Citra. “Lah! Kamu gimana, Bot?” tanyaku.
“Belum Ci, tapi udah ada yang nembak sih, tapi belum ku terima.” Jawabnya.
“Nah, kamu gimana, Ci?” Tanya Citra. “Haduh.. belum ada cenel ah!” jawabku
singkat. “Udahlah! Siapa aja, yang penting kita punya cowok dan punya hadiah
deh buat entar valentine, udah gitu putus lagi, gak masalah kan? He..he..”
jawab Citra. “Iya, entar lah pas ada yang nembak, aku terima deh.” Ucapku.
“Benar yah?” kata Botin. “Kriiing...” bel sekolah pun berbunyi, percakapan kami
pun terpotong dan kami bergegas masuk kelas dan berpisah, karena kelasku dengan
mereka berbeda.
“Grrrr...Grrrr...”
suara getar HP ku di tas, ketika sedang belajar. Diam-diam ku intip HP ku,
ternyata ada 1 nomor baru yang menelpon ke HP ku. Ku biarkan saja HP ku tak ku
hiraukan. Namun, selang beberapa menit “Grrrr...Grrrr...” HP ku kembali
bergetar dan ku biarkan saja. Sampai jam istirahat, ada 27 panggilan tak
terjawab dengan nomor yang sama. “Bot, Tra, tahu nomor ini gak?” tanyaku pada kedua
sahabatku. “Kagak, Ci! Ciieee... ciieee... penggemar rahasia kali...” mereka
meledekku. “Ahh! Stres! Ini mah bukan penggemar rahasia, tapi orang yang gak
punya kerjaan.” Jawabku kesal. “Grrr....Grrr....” HP ku kembali bergetar dan
ternyata ada sebuah pesan masuk ke HP ku. “Lusy... Sombong yah..” itu isi
pesannya. Aku pun bingung dan bertanya-tanya. “siapa yah?” ku balas sms itu.
“Yang tadi pagi manggil kamu.” Itu balasan sms keduanya. ‘A Jpank’ ya, itu dia,
laki-laki yang ku hafal, namun tak ku kenal. “Sms dari siapa tuh?” tanya Botin
sambil merebut HP ku. “Si A Jpank.” Jawabku malu. “Ciieee...ciieee...” si Citra
meledekku sambil tertawa. “Ci, udah ajalah, ke si A Jpank aja! Kan biar kita
punya pasangan buat valentine.” Si Botin berkoar. “Heh! Jangan GR dulu, siapa
tahu dia cuman iseng-iseng aja.” Jawabku kesal. “Yey! Biasa aja, Ci! Lagian
kalaupun jadian, gak akan serius kan?” jawab Citra.
Namanya
sebenarnya sederhana “Agus” cuman, nama Jpank adalah nama panggilan sejak kecil
dari Omnya, karena katanya dia mirip orang Jepang. Dan panggilan itu pun
bertahan sampai sekarang.
Tak
terasa bel tanda sekolah usai pun terdengar, karena mungkin di jam-jam sekolah
hari ini aku tak fokus, ngelamunin si pengirim sms tadi, he.. he... he..
Sudah
3 hari berlalu, tak ada missed call ataupun sms dari dia. Kesimpulanku
‘benarkan, si A Jpank cuman iseng aja.’ Pikirku sambil melangkah pergi ke
sekolah. Hari ini aku berangkat sendirian, karena teman-temanku sudah berangkat
duluan. Suara itu pun terdengar lagi dan makin mendekat. “Lusy... Lusy.. bentar
atuh.!” Ucapnya. Aku pun melangkah tanpa tentu, sepertinya kaki ku ini kusut
karena saking GR dan malunya, aku jadi salah tingkah. Dan hanya kata ini
terucap dari bibirku saat itu “Ehhh! A...” sambil tersenyum dan buru-buru
pergi. Dia pun berteriak “Lusy... nanti angkat ya telponnya.!” Haduh gak
kebayang juga ekspresiku saat itu, pasti memalukan. Sangat memalukan tepatnya.
Tibalah
aku di sekolah, seperti biasanya aku disambut hangat oleh sahabat-sahabatku
yang langsung menanyakan kelanjutan dari orang yang kemarin mengirim pesan
padaku. Namu aku hanya menjawab “Ahh! Biasa aja, gak berlanjut kok.” Karena aku
sudah berniat untuk merahasiakannya dulu dari mereka. Mereka pun hanya berkata
“Oh... Awas bohong.!” Sambil bercanda mencubit perutku dengan pelan.
Waktu
pun berlalu, aku masih berhubungan dengan dia, ya biasalah PDKT meskipun lewat
HP. Hingga tiba pada tanggal 17 Januari 2007. Dimana dia mengungkapkan isi
hatinya padaku, masih lewat HP juga, karena aku belum berani untuk menemuinya.
“Gimana Lusy?” katanya. “Gimana, apanya A.?” Jawabku. Agak sedikit malas
sebenarnya, karena hari itu memang aku lagi gak enak badan. “Iya, gimana atuh?
Kan aku udah lama nunggu jawabannya.” Ucapnya tegas. “Hmmm...gimana ya..?”
jawabku. Tapi dia langsung menyambut “Hah! Iya! Ya udah hari ini kita jadian
yah.” Ucapnya. Aku pun kebingungan dan bertanya-tanya “Bener gak yah aku udah
jadian?”
Hingga
tiba hari valentine, aku masih bingung dan sahabatku pun datang dengan wajah
bersesri-seri memamerkan hadiah yang dikasih oleh pacar-pacarnya itu. Aku pun
bertanya “Jadi! Kalian putus setelah mendapat hadiah?” mereka memberikan
jawaban yang sama “Enggaklah Ci, ternyata cowok kami baik.” “Hmm... dasar
kalian.” Kataku. “Kamu yang dasar!” kata Citra. “Dasar apa?” jawabku bingung.
“Iya. Jadian gak bilang-bilang!” jawab Botin kesal. “Nih! A Jpank nitip ini
nih!” kata Citra sambil menyodorkan bingkisan yang gedenya minta ampun. “Hah!
Gak salah? Ini, dia pasti jahilin aku. Mau bikin malu kali ya, ngasih bingkisan
segede ini.” Jawabku malu, kesel, tapi campur seneng juga, he.. he.. he.. “Ya
udahlah, gak perlu banyak alasan! Yang jelas, kamu gak jujur ah! ke kita kalau
kamu udah jadian sama si A Jpank!” ucap Citra kesal. “Ya, maaf sahabat-sahabatku,
aku pun bingung mau ngasih tau kalian juga, karena jadiannya juga
membingungkan.” Jawabku. “Membingungkan gimana?” tanya Botin. “Udahlah gak usah
dibahas lagi, yang penting sekarang si Uci udah punya cowok alias udah jadian
ama si A Jpank.” Jawab Citra, memotong pertanyaan Botin. “Jadi! Sekarang gimana
Ci? Kamu lanjut atau putus? Kan udah dapet hadiah?” tanya Citra padaku.
“Entahlah, aku juga bingung. Mungkin lanjut aja dulu, masa mutusin tanpa sebab,
malukan..?” jawabku pada mereka.
Hingga
tak terasa waktu pun berlalu begitu cepat, aku berani bertemu dengannya dan
untuk pertama kalinya aku membawa dia ke rumah dan memperkenalkannya pada orang
tuaku yang ku kenalkan sebagai ‘kekasih’.
Untuk
saat ini aku benar-benar merasakan jatuh cinta pada seorang pria. Bukan cinta
monyet! Tapi ini benar-benar cinta yang tulus dari hati ini. Dia laki-laki yang
peertama ku kenalkan pada keluargaku, dia cinta pertama yang ku rasakan dalam
hidupku. Dan dia pula lelaki yang sekarang menjadi suamiku. Aku bahagia bila
dengannya, hatiku tenang bersamanya. Walaupun sangat banyak rintangan dan
cobaan yang kurasakan untuk dapat bersatu dengannya. Namun cinta dan ketulusan
hati yang kuat, hingga kami berdua dapat melewatinya.
O...
iya... untuk sahabtku Citra, sekarang dia pun sudah menikah, dan memiliki buah
hati, namun bukan dengan cintanya waktu SMP seperti aku. He.. he.. he...
Dan
Botin dia sekarang belum menikah, dia masih kuliah di fakultas kedokteran di
Bandung. Namun dia sekarang menjalin hubungan dengan tetanggaku, yah setelah
beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki. Dengan tetanggaku yang saat
inilah yang paling awet. He..he..he..
Aku
juga sekarang masih kuliah di fakultas keguruan, karena suamiku mengijinkanku
untuk tetap mendapatkan pendidikan. Dan sekarang kami sedang menunggu seseorang
yang akan menambah keharmonisan keluarga kami, yaitu janin yang ada diperutku
yang sebentar lagi akan ada di kehidupanku. Semoga dengan kehadirannya akan
membuat rumah tangga kami tambah langgeng hingga kakek nenek.
Yah..
inilah sepenggal kisahku. Sebenarnya masih sangat-sangat banyak yang ingin ku
tulis, tapi gak akan muat kalau ditulis di cerpen, mungkin harus di buat novel.
He.. he.. he...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar