Rabu, 24 April 2013

sinopsis drama


“Empat Gadis Sayuran”

Disebuah desa terdapat satu keluarga petani yang hidupnya cukup sederhana, yaitu keluarga Pak Saman dan Bu Saman. Mereka  tinggal disebuah rumah kecil. Mereka mempunyai empat orang anak gadis yang sangat cantik, masing-masing mempunyai sifat dan mimpi yang berbeda. Anaknya yang pertama yang diberi nama Brokolina, dia sangat egois dan suka memperlakukan adik-adiknya dengan tidak baik. Yang kedua Timunia, gadis yang penyayang, namun sangat pelit. Yang ketiga Tomatina, gadis yang baik hati dan suka mengalah. Dan yang bungsu namanya Wortelina, gadis polos dan apa adanya. Walaupun sifat mereka berbeda, tapi mereka sangat sayang pada kedua orang tuanya.
Pak Saman memberi nama pada anak-anaknya sesuai dengan keadaan panen mereka, makanya nama anak-anaknya diambil dari nama-nama sayuran. Mereka sangat bersyukur mempunyai empat anak gadis yang selalu membantunya bertani. Anak-anaknya bisa tumbuh dewasa dan sangat cantik, hingga banyak pemuda-pemuda yang jatuh hati pada anak-anaknya. Namun yang membuat Pak Saman sedih, sampai saat ini anak-anaknya belum ada yang mau menikah, karena mereka memiliki kriteria pemuda idamannya masing-masing.
Akhirnya pada suatu hari Bu Saman mengusulkan pendapatnya pada Pak Saman untuk mengumpulkan anaknya dan bertanya bagaimana kriteria pemuda idaman anak-anaknya itu, dan setelah itu akan diadakan sayembara dengan syarat-syarat yang akan diajukan anak-anaknya. Karena Bu Saman sudah tidak sabar ingin melihat anak-anaknya menikah dan mempunyai anak. Pak Saman pun menyetujuinya dan segera mengumpulkan anak-anaknya di ruang keluarga untuk menanyakan hal itu. Anak-anaknya pun menjawab dengan jawaban yang masing-masingnya berbeda.
Akhirnya Pak Saman mengumpulkan semua pemuda-pemuda yang ada di daerah sana di lapangan dekat perkebunannya, untuk mengumumkan sayembara yang di adakan untuk siapa saja yang ingin menjadi menantunya. Dan mengumumkan mengenai syarat-syarat yang diajukan anak-anaknya. Para pemuda pun sangat antusias untuk mengikuti sayembara tersebut, walaupun mereka diberi syarat-syarat yang sangat sulit.
Berita Sayembara Pak Saman pun menyebar luas ke beberapa daerah, hingga yang mengikuti sayembara sangat banyak dan datang dari berbagai daerah.
Akhirnya sayembara pun dimulai. Dan dari sekian banyak orang yang terpilih tinggallah enam orang yang tersisa yang datang dari luar desa tersebut, untuk mengikuti babak terakhir. Dan di babak ini peserta sayembara di tantang untuk melukiskan wajah anak-anaknya Pak Saman, hanya dengan mendengarkan setiap suara gadis yang terdengar oleh mereka. Dan bagi siapa yang lukisannya sangat mirip dengan pemilik suara tersebut, maka dia telah berhasil dan berhak untuk menikahinya. Para peserta pun sangat tegang karena dari mereka semua tidak ada satu pun yang tahu bagimana wajah anak-anaknya Pak Saman, mereka hanya tahu bahwa anak-anaknya itu sangat cantik.



mencoba membuat naskah drama karya pribadi, maaf kalau ada kesamaan.


“Empat Gadis Sayuran”

Disebuah desa terdapat satu keluarga petani yang hidupnya cukup sederhana, yaitu keluarga Pak Saman dan Bu Saman. Mereka  tinggal disebuah rumah kecil. Mereka mempunyai empat orang anak gadis yang sangat cantik. Anaknya yang pertama yang diberi nama Brokolina, yang kedua Timunia, yang ketiga Tomatina, dan yang bungsu namanya Wortelina. Mereka sangat sayang pada kedua orang tuanya.
Pak Saman memberi nama pada anak-anaknya sesuai dengan keadaan panen mereka, makanya nama anak-anaknya diambil dari nama-nama sayuran. Mereka sangat bersyukur mempunyai empat anak gadis yang selalu membantunya bertani. Anak-anaknya bisa tumbuh dewasa dan sangat cantik, hingga banyak pemuda-pemuda yang jatuh hati pada anak-anaknya. Namun yang membuat Pak Saman sedih, sampai saat ini anak-anaknya belum ada yang mau menikah, karena mereka memiliki kriteria pemuda idamannya masing-masing.
Akhirnya pada suatu hari Bu Saman mengusulkan pendapatnya pada Pak Saman untuk mengumpulkan anaknya dan bertanya bagaimana kriteria pemuda idaman anak-anaknya itu. Pak Saman pun menyetujuinya dan segera mengumpulkan anak-anaknya di ruang keluarga untuk menanyakan hal itu.
#Di ruang keluarga.
Pak Saman : “anak-anakku, bapak mengumpulkan kalian ditempat ini, karena bapak dan ibu ingin membicarakan kapan kalian akan menikah, kalian kan sudah berumur, dan di luar sana juga banyak pemuda-pemuda yang sering mendekati kalian. Sebenarnya laki-laki seperti apa yang kalian inginkan.?” (sambil menatap ke setiap anak-anaknya)
Bu Saman : “Iya, sebenarnya kalian ingin laki-laki seperti apa sih.? Ibu sudah tidak sabar ingin menimang cucu.”
Suasana pun hening sejenak.
Brokolina : “gini loh pak, bu. (sambil melihat ke arah bapak da ibunya) Aku sih nggak muluk-muluk, Cuma pengen punya suami yang kaya, ganteng, pokoknya lebih dari segala-galanya deh. Aku kan gak mau di ajak susah.”
Pak Saman hanya mengangguk “kalau kamu?” (sambil melihat ke arah Timunia)
Timunia : “Kalau timun sih, terserah bapak aja, yang penting dia banyak uang dan mempunyai kehidupan yang mewah, Timun juga gak mau diajak hidup susah.”
Tomatina : “Saya juga terserah bapak aja, yang penting dia bisa membimbing saya.”
Wortelina : “kalau aku sih, sama siapa aja boleh deh pak. Yang penting ok.” (dengan gaya centilnya)
Brokolina : (Berdiri menghadap adik-adiknya, sambil berkacak pinggang) “eh! Apa sih kalian ini main terserah-terserah aja. Harus ada syaratnya donk kalau ada yang mau nikahin kita. Jangan main terserah aja. Emang kalian mau dikawinin sama orang kampung yang miskin, HAH? (kemudian melanjutkan bicaranya) ingat! Kita ini gadis paling cantik di kampung ini, masa harus dapet orang-orang yang ada di kampung ini, meni enggak banget ih..”
Wortelina : “Betul tuh betul!” (berdiri di samping Brokolina)
Tomatina : “Apa sih kak, gak boleh gitu ah, masa jodoh milih-milih. Sama siapa juga gak apa-apa lah kak, yang penting dia bisa membawa kita ke jalan yang benar.” (dengan nada lemah lembutnya)
Wortelina : “Betul juga tuh betul... betul...” (sambil mengagguk-angguk dan menunjuk Tomatina)
Timunia : “Apa sih Wortelina, kesini betul kesana betul. Sebenarnya kamu setuju sama siapa sih.?”
Wortelina : (garuk-garuk kepala) “Sebenarnya sih aku nggak ngerti dua-duanya ngomong apa? Makanya aku bilang betul aja, kalau aku ngomong gak ngerti nanti malah di marahin lagi. heheh”
Brokolina : “Huh! Dasar Wortelina. (sambil mendorong kepala Wortelina) Makanya kalau ngomong tuh di pikir dulu, tau gak maksudnya apa.?”
Wortelina hanya geleng-geleng.
Brokolina : “Kamu juga timun (sambil menunjuk Timunia) kamu mihak sama siapa.? Kamu setuju sama siapa.?”
Timunia : “Sebenarnya sih, omongannya Tomatina ada benernya juga.. (tiba-tiba omongannya dipotong Brokolina)
Brokolina : “Jadi. Kamu mihak sama Tomatina?” (matanya melotot)
Timunia : “Enggak juga kak, aku malah lebih mihak kakak. Iya lah tidak mudah lah untuk dapetin kita, harus ada perjuangannya donk.”
Brokolina : “Nah! Begitu baru bagus.” (mengacungkan jempol didepan hidung Timunia). (melihat ke arah Wortelina) “kalau kamu gimana?”
Wortelina : “Aku sih ngikut aja.” (sambil cengegesan)
Brokolina : “Bagus.” (melihat ke arah Tomatina) “kalau kamu gimana?”
Tomatina : “Tadi kan saya sudah bilang, saya mah terserah bapak sama ibu saja.”
Brokolina : “Heuh dasar! Kita tuh lebih cantik dari orang lain. Jadi nasib kita juga harus lebih dari orang lain donk. Gimana sih.”
Tomatina : “Tapi kak, gak kaya gitu juga kok. Kita sama kok sama mereka”
Melihat anak-anaknya yang berdebat, akhirnya Pak Saman angkat bicara.
Pak Saman : “Aduh..! kenapa sih malah jadi debat kaya gini. Ya sudah, kita adakan sayembara saja, kita pilih siapa yang berhak mendapatkan kalian. Kalian mau minta syarat apa.?” (Pak Saman menutup perdebatan)
Wortelina : “Aku ingin calon suamiku membawakan ku wortel yang palii.....ng cantik.”
Timunia : “HAH??? Wortel cantik? Ada gituh wortel yang cantik? ngebedain wortel cewek sama wortel cowok aja udah susah, apalagi wortel yang cantik. Mana ada?” (sambil senyum mengejek)
Brokolina : “Bagus. Bener sayaratnya harus gitu, harus yang mustahil, biar mereka berjuang mati-matian demi kita. Kalau aku, aku ingin syarat brokoli yang paling segar dan sempurna, tidak ada cacat sama sekali.”
Timunia : “Kalau timun, timun ingin kalung yang terbuat dari kulit mentimun.”
Pak Saman : “Hmm..” (sambil manggut-manggut, melihat tomatina yang hanya diam saja, akhirnya Pak Saman bertanya pada anaknya itu) “kalau kamu mau ngasih syarat apa.?”
Tomatina : “Gak usah lah pak, cukup bawa benih tomat aja.”
Brokolina : “HAH??? Benih tomat? Gampang banget syaratnya, gak ada yang lain apa? Misalnya tomat busuk gitu.? Hahaha..”
Timunia dan Wortelina : “hahahaha..” (ikut menertawakan)
Pak Saman : “Ssttt... (menempelken telunjuk di bibirnya) sudah jangan menertawakan saudara kalian. Ya udah kalau itu syaratnya besok akan bapak umumkan pada para pemuda yang ingin mengikuti sayembara ini.”
Pak Saman pun pergi, tapi dihentikan oleh Brokolina.
Brokolina : “Pak! Jangan hanya orang kampung sini donk, orang yang dari daerah lain juga harus ikut, mana tau yang memenuhi syarat kita itu orang luar daerah sini. Ya pak yah.” (sambil memelas)
Pak Saman hanya mengangguk dan kemudian meninggalkan mereka yang di ikuti oleh  Bu Saman. Mereka juga pergi ke kamarnya masing-masing untuk tidur.
Keesokan harinya Pak Saman mengumpulkan semua pemuda-pemuda yang ada di daerah sana di lapangan dekat perkebunannya, untuk mengumumkan sayembara yang di adakan untuk siapa saja yang ingin menjadi menantunya. Dan mengumumkan mengenai syarat-syarat yang diajukan anak-anaknya.
#Di lapang dekat perkebunan.
Pak Saman : “Hadirin sekalian! Saya berdiri disini untuk memberitahukan, bahwa saya akan mengadakan sayembara untuk mendapatkan anak-anak saya. Siapapun yang bisa membawa syarat-syaratnya dengan lengkap, maka dia berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan salah satu dari mereka. Adapun syarat-syaratnya yaitu yang pertama, para hadirin harus membawa brokoli yang paling segar paling sempurna tanpa cacat, terus wortel yang paliiing cantik, terus kalung yang terbuat dari kulit mentimun, dan benih tomat. Dan syarat kedua akan diumumkan setelah syarat pertama lengkap. Sayembara ini diadakan tidak hanya untuk pemuda yang ada di daerah sini, tapi yang di luar daerah sini juga boleh mengikutinya. Oleh karena itu, bagi bapak-bapak maupun ibu-ibu yang memiliki sanak saudara di luar desa ini, silahkan ajak bila ingin mengikuti sayembara ini. Sayembara ini akan dilaksanakan pada hari esok. Sekian pengumuman ini, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih, Assalamualaikum Wr. Wb.”
Pak Saman pun pergi meninggalkan tempat itu dan para hadirin pun bubar dan mulai sibuk mempersiapkan persyaratan untuk mengikuti sayembara.
Berita Sayembara Pak Saman pun menyebar luas ke beberapa daerah, hingga yang mengikuti sayembara sangat banyak dan datang dari berbagai daerah.
Keesokan harinya sayembara pun dimulai. Dan dari sekian banyak orang yang terpilih tinggallah tiga orang yang tersisa yang datang dari luar desa tersebut, untuk mengikuti babak terakhir/persyaratan kedua.
#Di Arena Sayembara.
Datang seorang MC dari balik pintu.
MC : “Ok. Akhirnya kita mendapatkan tiga kandidat yang akan menjadi calon menantu Pak Saman. Dan siapakah yang akan berhasil melewati syarat yang kedua, yang merupakan syarat kejutan dari para gadis impiannya. Dan seperti apakah syaratnya.?” (tiba-tiba Pak Saman datang dan menghampiri MC itu, dan membisikan sesuatu padanya) Ok. Syaratnya adalah.... (jeng..jeng..jeng..jeng...) setiap kandidat harus bisa melukiskan setiap suara yang akan kalian dengar dengan waktu yang telah di tentukan. Dan barang siapa yang nantinya melukis dengan benar, maka ia berhak mendapatkan apa yang di lukisnya. Paham..? paham para kandidat..?”
Semua Kandidat : “Paham....”
MC : “Ok. Saatnya kita mulai sayembara yang sesungguhnya.  Ok. Para kandidat apakah sudah siap.?”
Ketiga Kandidat : “Siap”
MC : “Ok. Kita mulai. Silahkan untuk orang pertama untuk mengeluarkan suara emasnya.”
Kemudian terdengar sebuah suara dari balik tirai.
Suara 1 : “hai! Aku panjang dan berwarna hijau, biasanya aku suka dijadiin lalaban, atau campuran acar, atau biasa juga dijadiin penghias makanan. Siapakah aku?”
MC : “Ok. Waktu kalian melukis hanya 5 menit, dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis. Silahkan suara kedua.”
Suara 2 : “Aku bulat dan berwarna merah, kadang aku asam, kadang aku manis. Aku sering dipasangkan dengan cabai. Siapakah aku.?”
MC : “Okay. Siapakah dia? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis. Silahkan suara ketiga.”
Suara 3 : “Aku berwarna hijau, aku mengandung banyak vitamin, aku juga biasa di sebut si kribo, aku juga banyak disukai orang-orang. Siapakah aku.?”
MC : “Ok. Siapakah pemilik suara itu? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) ok. Waktunya sudah habis, dan silahkan kepada suara yang terakhir.”
Suara 4 : “Hallo! Para kandidat, kalian tebak aku yah. Aku berwarna orange dan panjang, aku juga mengandung vitamin A, loh. Aku juga banyak disukai manusia ataupun hewan. Ayo tebak siapakah aku.? paipai”
MC : “Ok. Siapakah pemilik suara itu, sepertinya yang satu itu agak centil yah? Dan Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis, dan silahkan kepada Pak Saman dan Bu Saman untuk melakukan penilaian. (Pak Saman dan Bu Saman pun berkeliling melihat hasil lukisan dari para kandidat) Dan kita akan panggilkan langsung para pemilik suara tadi. Silahkan para gadis pemilik suara misterius untuk memasuki arena dan memberikan penilaian langsung.”
Keempat anak Pak Saman pun keluar dari balik tirai, dan langsung duduk di tempat yang telah disediakan. Mereka kaget karena melihat kandidat sayembaranya yang tampan-tampan, tapi hanya tinggal tiga orang, itu berarti akan ada salah satu yang tidak mendapat pasangan atau malah tidak ada satu pun.
Lain lagi dengan para kandidat. Para kandidat itu malah bengong, mereka tidak henti-hentinya menatap dan mengagumi akan kecantikan anak-anak Pak Saman yang kini telah berada di hadapan mereka.  
MC pun memulai acara lagi.
MC : “Ok. Kita mulai dari penilaian yang pertama. Silahkan kepada pemilik suara pertama untuk maju kedepan (ternyata itu adalah Timunia). Dan para kandidat silahkan kalian tunjukan hasil lukisan kalian (mereka pun menunjukan hasil lukisan mereka) bagaimana nona? Apakah ada dari mereka yang melukis diri nona dengan benar?”
Timunia : (menunjukan raut sedih) “hiks...hiks...hiks... kok gak ada yang bisa gambarin aku sih....?” (sambil kembali ke tempat duduknya sambil menangis dan memasang wajah kecewa)
MC : “Oh... oh..oh ternyata suara pertama gagal. Tidak apa, jangan sedih nona, mungkin belum jodoh. Ok, sekarang kita lanjut ke suara yang kedua. Silahkan untuk pemilik suara kedua untuk menilai hasil lukisannya (ternyata itu adalah Tomatina). Para kandidat, silahkan tunjukan hasilnya.!”
Tomatina : (menunjuk salah satu kandidat yang duduk di tengah-tengah) “Anda, saya suka dengan lukisan anda, tuan. Lukisan anda sangat indah. Tuan mau kan membimbing saya dan menjadi masa depan saya.?” (ucapnya lemah lembut dan tak ketinggalan senyum manisnya)
Kandidat 2 : (berdiri dan menghampiri Timunia) “Tentu saja nona, saya sudah tentu mau jadi masa depan nona, dan saya akan berusaha untuk membimbing nona.”
Tomatina : “Terima kasih tuan, sekarang silahkan perkenalkan diri tuan, dari mana tuan berasal.?”
Kandidat 2 : “Nama saya pangeran Rawit, anak dari raja Cabai di kerajaan Cabai yang ada di kampung Lada, di sebrang sana.”
Ternyata dia adalah pangeran rawit yang terkenal dengan kegagahan dan ketampanannya, semua wanita sangat mengidolakannya, termasuk Brokolina anaknya Pak Saman. Mendengar hal itu Brokolina sangat kesal dan langsung mendekati mereka.
Brokolina : (memegang tangan pangeran rawit) “Pangeran. Pangeran tak pantas dengan si tomat busuk ini. Pangeran tuh cocoknya sama akyu Brokolina. Coba deh pangeran perlihatkan gambar suara orang ketiga, pasti mirip banget sama aku.”
Pangeran pun menunjukkan gambarnya, dan sontak membuat para penonton dan kedua adiknya tertawa, bahkan MC nya pun ikut tertawa dan membuat Brokolina dongkol, malu, dan langsung pergi ke tempat duduknya.
MC : (masih berusaha menahan tawa) “Ok, telah berhasil satu kandidat yang mendapatkan gadis cantik dan lemah lembut, yaitu Tomatina, semoga kalian berbahagia. Mungkin dari Pak Saman atau Bu Saman, ada yang ingin kalian sampaikan pada pasangan ini.?”
Pak Saman : “Selamat pangeran Rawit, tidak disangka kalau saya akan mendapatkan menantu seorang pangeran, tolong jaga anak saya Tomatina, bimbinglah dia. Aku merestui kalian”
Pangeran Rawit : “Baik Pak Saman, saya akan menjaga dan melindunginya lebih dari apapun.”
Bu Saman : “berbahagialah kalian, dan cepatlah kalian menikah. Aku sudah tidak sabar ingin punya cucu.”
Mereka hanya mengangguk. Pak Saman dan Bu Saman pun kembali duduk, karena harus melanjutkan penilaian. Pasangan baru itu juga ikut duduk, duduk di tempat yang telah di sediakan.
MC : “Ok. Sekali lagi selamat untuk kalian. Dan kita lanjutkan lagi acaranya. Langsung saja kita panggilkan pemilik suara yang ketiga. (ternyata Brokolina) ohh!! Ternyata nona yang tadi berharap sama pangeran Rawit yah. Tidak apa nona mungkin pasangan nona salah satu dari 2 kandidat ini. Silahkan para kandidat untuk menunjukkan hasilnya.”
Ternyata tidak ada gambar yang mirip dengan dirinya.
Brokolina : “huu~uuh. Kenapa sih gak ada yang bisa menggambar aku, apa aku ini terlalu cantik? Apa kalian minder dengan kecantikanku? Tak apa lah, lagian aku juga tidak tertarik dengan kalian berdua. Kalian berdua tuh bukan level ku.” (pergi meninggalkan arena sayembara)
MC : “Kenapa nona Brokolina marah-marah.? Tapi biarkanlah, mungkin sayembaranya sudah selesai, sudah tidak ada lagi...”
Wortelina : (bangkit dari tempat duduk sambil berkacak pinggang) “eh,, kok selesai sih? Kan aku belum dipanggil. Anaknya bapak ku kan ada empat, tadi baru tiga loh. (marah pada MC yang melupakannya) ya sudah gak usah di panggil, biar aku maju sendiri, gak di suruh juga bisa! (dengan nada ketus). Haii!! Para kandidat yang tampan-tampan mana hasil lukisannya, pasti ada yang mirip sama diriku iya kan.”
Timunia : (nyamperin Wortelina dan memukul pundaknya) “woyy!! Kandidatnya dibelakang, (sambil menunjuk ke belakang) yang di depan mah penonton. Bisa ngebedain kagak seehh..? bego banget sih.”
Wortelina : (cengengesan sambil garuk-garuk kepala walau tidak gatal) “ehh.. iya.. lupa.. hehehe... (melihat ke arah Timunia) ngapain masih disini? Ini kan giliranku. Pergi sana kamu kan udah gagal.”
Tiba-tiba Timunia menangis histeris sambil pergi meninggalkan arena sayembara.
Wortelina : (keheranan) “pantes gak ada yang milih, orang dia cengeng, mana ada yang mau sama gadis cengeng.”
MC : “nona Wortelina, silahkan memberikan penilaian.”
Wortelina : (melihat benci ke arah MC) “apa sih? Gak disuruh juga ini mau. (mondar-mandir seperti orang yang sedang berpikir sambil sesekali melihat gambar dari kedua kandidat) hmm... sepertinya kamu! (menunjuk pada satu kandidat yaitu kandidat nomor 1) ya kamu, lukisan kamu laziieess, hauce ping..ping..ping (gaya benu bulo).”
Tiba-tiba datang lagi timunia, dan menepuk pundak Wortelina.
Timunia : “woyy!! Dia tuh orang bukan makanan, kok laziieesss, hauce ping.. ping.. ping..? gimana sih? Jadi cewek kok o’on banget.”
Wortelina : “Biarin yang penting aku gak cengeng, kakak kan gak ada yang milih gara-gara kakak cengeng. Wle... (sambil menjulurkan lidahnya).”
Timunia : “hiks.. hiks.. hiks.. huwwaaaa...” (kembali menangis dan pergi meninggalkan arena sayembara)
Wortelina : (heran) “apaan sih gaje banget, tiba-tiba masuk, tiba-tiba nangis, terus pergi.”
Pak Saman : “sudah lanjutkan saja penilaiannya.”
Wortelina : “IYA IHH BAA....wel (saat kaget ternyata yang bicara Bapaknya, karena dia pikir yang tadi bicara itu MC) hehe... iya Bapak. Aku pilih yang nmor satu, silahkan maju dan perkenalkan dirimu.!”
Kandidat 1 : (maju dan memperkenalkan dirinya) “Nama saya Sagara, saya anak dari Lurah Cijambu. Terimakasih.”
Wortelina : “Hah! Lurah cijambu. Horee!! Aku jadi menantu pak Lurah. (langsung melihat ke belakang takut Timunia datang lagi)
Bu Saman : “apakah kamu senang Wortelina.?”
Wortelina : “seneng bangettz.” (gaya anak gahool)
Bu Saman : “Ibu senang kalau kalian senang.”
Pak Saman : “Bapak juga. (melihat ke arah kandidat nomor 3) maaf raden anda belum beruntung, cobalah beberapa kali lagi.”
Kandidat 3 : “Terima kasih Pak Saman, saya permisi.” (pergi meninggalkan arena)
MC : “Ok. Acaranya sudah selesai, para penonton silahkan untuk meninggalkan arena.”
Tiba-tiba...
Brokolina dan Timunia : “TUNGGUU!!!”
Brokolina : “Pak, kami kan belum punya pasangan.”
Timunia : “Iya pak, gimana.?”
Pak Saman : “Kalian sabar aja nanti juga akan ada pasangan buat kalian. Mungkin di sayembara tahun depan.” (sembari pergi meninggalkan arena, di ikuti Bu Saman, MC dan kedua pasangan yang sedang berbahagia)
Brokolina dan Timunia : “HAHH??? TAHUN DEPAN...?? HWAAA...” (mereka menangis berjamaah)
Itulah akhirnya, yang sombong, yang selalu menganggap dirinya pintar, mengaggap dirinya paling tinggi tidak mendapat apa-apa. Tetapi yang polos apa adanya dan bahkan direndahkan malah mendapat hasil yang baik. Seperti kata pepatah, bila dia menanam benih maka dia yang akan menuai buahnya. Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula begitu juga sebaliknya.

~SELESAI~

Rabu, 03 April 2013

17-01-07



“17-01-07”
Karya : Lusi Fitriyani

“Kriiing....” alarm berbunyi, tanda aktivitas baru pun dimulai. Pagi ini aku berangkat ke sekolah dengan senyuman, karena teman-temanku menjemputku ke rumah. Aku sekarang masih duduk di bangku SMP kelas VIII dan masih belum kenal jelas dengan yang namanya CINTA, karena aku masih fokus dengan mengejar prestasi di sekolah.
Akupun berangkat tepatnya berempat dengan teman-temanku. Kaki melangkah diiringi dengan tawa dan canda. Seiring perjalanan kami terdengar suara seorang pria memanggil namaku “Lusy... Lusy....” akupun menengok dengan rasa penasaran, keGRan dan malu. Langkah kakiku semakin cepat, karena malu oleh pria itu. “Ciieee... ciiee....” teman-temanku meledek, tapi tak ku hiraukan. Dalam hati, ku berbicara ‘aku tahu pria itu, tapi aku tak kenal. Hmmm... tapi jangan GR dulu ah! Siapa tahu dia cuman iseng.’
Sampailah aku disekolah, disambut hangat oleh sahabat-sahabatku, namanya Citra dan Siti. Kami selalu bertiga di sekolah. Kami mulai akrab, ketika kami sering bersama untuk kuliner, karena hobi kami ini sama persis yaitu main dan cari makanan, he..he...he... Sehingga kami bertiga akrab dan tidak terpisahkan.
“Uci..! (panggilan sahabat-sahabatku kepada aku) sebulan lagi kan valentine, gimana udah punya cowok? Kan biar dapat kado.” Tanya Citra iseng kepadaku. “Boro-boro Cit, laku juga enggak!” jawabku. “Tuh! Si Citra udah punya, tuh.” Kata Botin (Botin panggilan aku dan Citra untuk Siti). “Wah! Masa?” jawabku kaget. “Iya, baru semalem jadian, hehehe...” jawab Citra. “Lah! Kamu gimana, Bot?” tanyaku. “Belum Ci, tapi udah ada yang nembak sih, tapi belum ku terima.” Jawabnya. “Nah, kamu gimana, Ci?” Tanya Citra. “Haduh.. belum ada cenel ah!” jawabku singkat. “Udahlah! Siapa aja, yang penting kita punya cowok dan punya hadiah deh buat entar valentine, udah gitu putus lagi, gak masalah kan? He..he..” jawab Citra. “Iya, entar lah pas ada yang nembak, aku terima deh.” Ucapku. “Benar yah?” kata Botin. “Kriiing...” bel sekolah pun berbunyi, percakapan kami pun terpotong dan kami bergegas masuk kelas dan berpisah, karena kelasku dengan mereka berbeda.
“Grrrr...Grrrr...” suara getar HP ku di tas, ketika sedang belajar. Diam-diam ku intip HP ku, ternyata ada 1 nomor baru yang menelpon ke HP ku. Ku biarkan saja HP ku tak ku hiraukan. Namun, selang beberapa menit “Grrrr...Grrrr...” HP ku kembali bergetar dan ku biarkan saja. Sampai jam istirahat, ada 27 panggilan tak terjawab dengan nomor yang sama. “Bot, Tra, tahu nomor ini gak?” tanyaku pada kedua sahabatku. “Kagak, Ci! Ciieee... ciieee... penggemar rahasia kali...” mereka meledekku. “Ahh! Stres! Ini mah bukan penggemar rahasia, tapi orang yang gak punya kerjaan.” Jawabku kesal. “Grrr....Grrr....” HP ku kembali bergetar dan ternyata ada sebuah pesan masuk ke HP ku. “Lusy... Sombong yah..” itu isi pesannya. Aku pun bingung dan bertanya-tanya. “siapa yah?” ku balas sms itu. “Yang tadi pagi manggil kamu.” Itu balasan sms keduanya. ‘A Jpank’ ya, itu dia, laki-laki yang ku hafal, namun tak ku kenal. “Sms dari siapa tuh?” tanya Botin sambil merebut HP ku. “Si A Jpank.” Jawabku malu. “Ciieee...ciieee...” si Citra meledekku sambil tertawa. “Ci, udah ajalah, ke si A Jpank aja! Kan biar kita punya pasangan buat valentine.” Si Botin berkoar. “Heh! Jangan GR dulu, siapa tahu dia cuman iseng-iseng aja.” Jawabku kesal. “Yey! Biasa aja, Ci! Lagian kalaupun jadian, gak akan serius kan?” jawab Citra.
Namanya sebenarnya sederhana “Agus” cuman, nama Jpank adalah nama panggilan sejak kecil dari Omnya, karena katanya dia mirip orang Jepang. Dan panggilan itu pun bertahan sampai sekarang.
Tak terasa bel tanda sekolah usai pun terdengar, karena mungkin di jam-jam sekolah hari ini aku tak fokus, ngelamunin si pengirim sms tadi, he.. he... he..
Sudah 3 hari berlalu, tak ada missed call ataupun sms dari dia. Kesimpulanku ‘benarkan, si A Jpank cuman iseng aja.’ Pikirku sambil melangkah pergi ke sekolah. Hari ini aku berangkat sendirian, karena teman-temanku sudah berangkat duluan. Suara itu pun terdengar lagi dan makin mendekat. “Lusy... Lusy.. bentar atuh.!” Ucapnya. Aku pun melangkah tanpa tentu, sepertinya kaki ku ini kusut karena saking GR dan malunya, aku jadi salah tingkah. Dan hanya kata ini terucap dari bibirku saat itu “Ehhh! A...” sambil tersenyum dan buru-buru pergi. Dia pun berteriak “Lusy... nanti angkat ya telponnya.!” Haduh gak kebayang juga ekspresiku saat itu, pasti memalukan. Sangat memalukan tepatnya.
Tibalah aku di sekolah, seperti biasanya aku disambut hangat oleh sahabat-sahabatku yang langsung menanyakan kelanjutan dari orang yang kemarin mengirim pesan padaku. Namu aku hanya menjawab “Ahh! Biasa aja, gak berlanjut kok.” Karena aku sudah berniat untuk merahasiakannya dulu dari mereka. Mereka pun hanya berkata “Oh... Awas bohong.!” Sambil bercanda mencubit perutku dengan pelan.
Waktu pun berlalu, aku masih berhubungan dengan dia, ya biasalah PDKT meskipun lewat HP. Hingga tiba pada tanggal 17 Januari 2007. Dimana dia mengungkapkan isi hatinya padaku, masih lewat HP juga, karena aku belum berani untuk menemuinya. “Gimana Lusy?” katanya. “Gimana, apanya A.?” Jawabku. Agak sedikit malas sebenarnya, karena hari itu memang aku lagi gak enak badan. “Iya, gimana atuh? Kan aku udah lama nunggu jawabannya.” Ucapnya tegas. “Hmmm...gimana ya..?” jawabku. Tapi dia langsung menyambut “Hah! Iya! Ya udah hari ini kita jadian yah.” Ucapnya. Aku pun kebingungan dan bertanya-tanya “Bener gak yah aku udah jadian?”
Hingga tiba hari valentine, aku masih bingung dan sahabatku pun datang dengan wajah bersesri-seri memamerkan hadiah yang dikasih oleh pacar-pacarnya itu. Aku pun bertanya “Jadi! Kalian putus setelah mendapat hadiah?” mereka memberikan jawaban yang sama “Enggaklah Ci, ternyata cowok kami baik.” “Hmm... dasar kalian.” Kataku. “Kamu yang dasar!” kata Citra. “Dasar apa?” jawabku bingung. “Iya. Jadian gak bilang-bilang!” jawab Botin kesal. “Nih! A Jpank nitip ini nih!” kata Citra sambil menyodorkan bingkisan yang gedenya minta ampun. “Hah! Gak salah? Ini, dia pasti jahilin aku. Mau bikin malu kali ya, ngasih bingkisan segede ini.” Jawabku malu, kesel, tapi campur seneng juga, he.. he.. he.. “Ya udahlah, gak perlu banyak alasan! Yang jelas, kamu gak jujur ah! ke kita kalau kamu udah jadian sama si A Jpank!” ucap Citra kesal. “Ya, maaf sahabat-sahabatku, aku pun bingung mau ngasih tau kalian juga, karena jadiannya juga membingungkan.” Jawabku. “Membingungkan gimana?” tanya Botin. “Udahlah gak usah dibahas lagi, yang penting sekarang si Uci udah punya cowok alias udah jadian ama si A Jpank.” Jawab Citra, memotong pertanyaan Botin. “Jadi! Sekarang gimana Ci? Kamu lanjut atau putus? Kan udah dapet hadiah?” tanya Citra padaku. “Entahlah, aku juga bingung. Mungkin lanjut aja dulu, masa mutusin tanpa sebab, malukan..?” jawabku pada mereka.
Hingga tak terasa waktu pun berlalu begitu cepat, aku berani bertemu dengannya dan untuk pertama kalinya aku membawa dia ke rumah dan memperkenalkannya pada orang tuaku yang ku kenalkan sebagai ‘kekasih’.
Untuk saat ini aku benar-benar merasakan jatuh cinta pada seorang pria. Bukan cinta monyet! Tapi ini benar-benar cinta yang tulus dari hati ini. Dia laki-laki yang peertama ku kenalkan pada keluargaku, dia cinta pertama yang ku rasakan dalam hidupku. Dan dia pula lelaki yang sekarang menjadi suamiku. Aku bahagia bila dengannya, hatiku tenang bersamanya. Walaupun sangat banyak rintangan dan cobaan yang kurasakan untuk dapat bersatu dengannya. Namun cinta dan ketulusan hati yang kuat, hingga kami berdua dapat melewatinya.
O... iya... untuk sahabtku Citra, sekarang dia pun sudah menikah, dan memiliki buah hati, namun bukan dengan cintanya waktu SMP seperti aku. He.. he.. he...
Dan Botin dia sekarang belum menikah, dia masih kuliah di fakultas kedokteran di Bandung. Namun dia sekarang menjalin hubungan dengan tetanggaku, yah setelah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki. Dengan tetanggaku yang saat inilah yang paling awet. He..he..he..
Aku juga sekarang masih kuliah di fakultas keguruan, karena suamiku mengijinkanku untuk tetap mendapatkan pendidikan. Dan sekarang kami sedang menunggu seseorang yang akan menambah keharmonisan keluarga kami, yaitu janin yang ada diperutku yang sebentar lagi akan ada di kehidupanku. Semoga dengan kehadirannya akan membuat rumah tangga kami tambah langgeng hingga kakek nenek.
Yah.. inilah sepenggal kisahku. Sebenarnya masih sangat-sangat banyak yang ingin ku tulis, tapi gak akan muat kalau ditulis di cerpen, mungkin harus di buat novel. He.. he.. he...

cinta tak sampai



Cinta Tak Sampai
Karya : Eneng Tita Kartika Sari

Disuatu kampung, kampung Babakan Indah tepatnya, tinggallah sebuah keluarga yang sangat harmonis. Mereka adalah keluaga bapak Hermawan dan ibu Soraya, mereka mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Amelia. Amelia merupakan anak satu-satunya yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Amelia masih kuliahan di Universitas Bhakti Nusantara, Jurusan Teknik Informatika.
Suatu hari Amelia mau berangkat ke kampus, lalu Amelia pamitan kepada kedua orang tuanya, “Pak, Bu Amell berangkat ke kampus dulu yach.....!” “Iya,, hati-hati ya dijalannya!” Jawab ibunya Amelia. Kemudian Amelia pun berangkat ke kampus naik bus, di dalam bus Amelia bertemu dengan teman sekampusnya, “Hey! mell.” Tanya Lisa teman sekampusnya Amelia. “Hey juga Lisa! Kenapa kamu naik bus?” tanya Amelia, karena biasanya Lisa ke kampus pakai motor.  “aahh! Enggak,  lagi males aja bawa motor.” Jawab Lisa. “Ohh! ya udah kita berangkat ke kampus bareng aja atuh.” Ajak Amelia pada Lisa, kemudian mereka duduk bersebelahan, di bus meraka ngobrol banyak, biasa ngegosip. 
Tidak lama kemudian Amelia dan Lisa tiba di kampus, tiba-tiba tas yang dibawa Amelia dijambret oleh tiga orang penjahat “Tolong...! tolong...! tas saya dijambret!” teriak Amelia sambil mengejar-ngejar ke tiga penjahat itu. Akhirnya tidak lama kemudian datanglah seorang pria yang menolong Amelia, pria itu berkelahi dengan ke tiga penjahat itu dan berhasil mengambil tasnya Amelia dari ketiga penjahat itu. Lalu Amelia dan Lisa pun megucapkan terima kasih kepada pria itu, “Makasih yaa, udah nolongin aku, ngambil tas ini dari penjahat itu.” Ucap Amelia. “ohh! Iyaa, sama-sama, lain kali hati-hati yaa!” jawab laki-laki itu. Dan pada saat itu terjadilah perkenalan antara Amelia dengan dengan pria yang sudah menolongnya. “O, yaa, nama aku Amelia, dan ini temanku Lisa.” Kata Amelia memperkenalkan diri. “Nama ku Heri, ohh! yaa kamu kuliah disini juga? Ngambil jurusan apa?” tannyanya padaku. “Aku ngambil jurusan Teknik Informatika.” Jawabku “kalau kamu” lanjutku. “Ohh! Aku ngambil jurusan Teknik Mesin.” “ehh! Aku duluan yach, ada tugas yang belum aku selesaiin, sekali lagi makasih yah.” Ucapku dan aku langsung pergi.
Amelia dan lisa pun pergi ke kelas, Amelia berkata pada Lisa. “Liss, kayanya ini yang dinamakan Cinta pada pandangan pertama deh.” “Maksudnya? Kamu suka sama Heri, mell? Tanya Lisa yang sepertinya sangat terkejut mendengar pernyataanku. “Iya, mungkin Liss, soalnya abis kejadian tadi pikiran aku selalu tertuju pada dia” kata Amelia. ”Ahh! Kamu Mell masa baru pertama kali bertemu udah jatuh cinta?” ucap Lisa gak percaya.
Akhirnya perkuliahan pun selesai, Amelia dan Lisa pun langsung pulang ke rumahnya masing-masing, sesampainya di rumah Amelia langsung bercerita kepada ibunya. “Bu, tau enggak? tadi  Amel di jambret, tapi untungnya ada seorang pria yang nolongin Amel.” Kata Amelia pada ibunya. “Yang benar, mell? Tapi kamu enggak kenapa-napa, kan?” tanya ibunya khawatir. “Ya enggaklah Bu, kan keburu ada yang nolongin Amell. Bu, kenapa yachh setelah kejadian tadi sampai sekarang  perasaan Amell selalu memikirkan pria yang udah nolongin Amell tadi  itu.” Kata Amelia memberitahukan tentang perasaannya. “Mungkin kamu langsung  jatuh cinta pada pandangan pertama  kali Mell. Eumm, siap sich nama pria itu, pria yang udah masuk kepikiran kamu?” tanya ibu Amelia sambil menggoda Amelia. “Ach! Ibu mau tau aja. Namanya Heri, bu.” Kata amelia malu-malu.
Keesokan harinya Amelia bertemu lagi dengan Heri dikampus, mereka berduapun langsung saling sapa, dan ngobrol panjang lebar di taman belakang kampus. Amelia bercerita pada heri bahwa Amelia memiliki perasaan yang lebih kepadanya, Heri pun menjawabnya, bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Amelia. Setelah keduanya saling menyatakan perasaannya masing-masing, akhirnya merekapun meyatakan untuk saling mencintai dan saling menyanyangi. Tiba-tiba Lisa datang menghampiri Amelia dan Heri “Hey Mell! Hey Heri! udah lama kalian disini?” tanya Lisa. “Ach! engga kok, kami belum lama disini, baru sebentar kok.” Jawab Amelia agak malu ketika menjawab pertanyaan Lisa. Baru beberapa menit setelah datangnya Lisa, Heri pamitan pada Amelia dan Lisa untuk pergi duluan ke kelas “Ech! Aku ke kelas duluan yah, soalnya aku ada kuliah.” Kata Heri dan langsung pergi menuju kelasnya.
Amelia dan Lisa pun pergi juga ke kelas, sesampainya mereka dikelas Amelia langsung menceritakan soal hubungannya dengan Heri pada Lisa, yang sudah saling menyatakan cinta. Pada awalnya Lisa enggak percaya soal hubungan mereka berdua yang terlalu cepat untuk saling menyatakan cinta, tetapi setelah mendengar cerita dari Amelia, bahwa Amelia sangat mencintai Heri, pada akhirnya Lisa pun percaya soal jalinan asmara mereka.
Lama kelamaan jalinan cinta antara Amelia dan Heri sangat indah dan romantis. Pada akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk meneruskan jalinan cinta mereka ke jenjang pernikahan, dan merekapun mau mencoba untuk memberi tahu kedua orang tuanya masing-masing bahwa mereka sudah siap untuk meneruskan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Pada suatu hari Heri menceritakan soal hubungannya dengan Amelia pada kedua orang tuanya. “Bu, Pak, sekarang Heri lagi dekat dengan seorang perempuan yang bernama Amelia, boleh enggak Pa, Bu, kalau Heri mengajak dia main kerumah?” tanya Heri kepada kedua orang tuanya. “Tidak boleh!” dengan keras dan marahnya bapak Heri menjawab pertanyaan Heri. “Lho kenapa Pa, masalhnya apa?” tanya Heri. “Apa kamu tidak tau sejak kecil kamu sudah dijodohkan dengan anaknya pak Herlambang yang sekarang sedang kuliah di Universitas Luar Negeri?” kata bapaknya Heri. “Kenapa aku tidak di kasih tahu masalah soal perjodohan itu pak?” tanya Heri pada bapaknya. “Memangnya sangat penting bagi kamu soal perjodohan itu.?” Tannya nya. “Ya ialah pak, sangat penting, soalnya itu masalah pendamping hidup aku. Pokoknya, meskipun bapak dengan ibu tidak menyetujui soal hubungan Aku dengan Amelia, aku akan tetap memperjuangkan cinta Aku.” Jawab Heri tegas.
Setelah kejadian itu bapak Heri sangat marah terhadap Heri, yang telah memutuskan untuk melanjutkan hubungannya dengan Amelia. Pada akhirnya kedua orang tua Heri memutuskan untuk menemui Amelia dan kedua orang tuanya. Suatu malam kedua orang tua Heri menemui Amelia dan kedua orang tuanya. Tok-Tok-tok suara orang mengetuk pintu ternyata orang tua Heri datang kerumah Amelia. “Iya, tunggu sebentar. Siapa yah pak, malam-malam begini datang kerumah?” kata ibu Amelia sambil bergegas membuka pintu. Setelah ibu Amelia membuka pintu tiba-tiba kedua orang tua Heri memaki ibu Amelia dengan kata-kata yang kasar. Sambil marah-marah kedua orang tua Heri berkata “Sebenarnya kalian bisa mengajarkan anak kalian untuk bersikap dengan benar tidak.?” perkataan kedua orang tua Heri terhadap kedua orang tua Amelia. “Apa maksud kalian bicara seperti itu terhadap kami?” jawab Bapak Amelia. Dengan tegasnya bapak Heri berbicara “Tolong katakan pada anak kalian supaya tidak menggangu kehidupan anak kami lagi. Anak kami sudah di jodohkan dengan anak orang kaya!” kata bapak Heri, terhadap kedua orangtua Amelia. “Memangnya siapa yang sudah menggagu anak kalian ada juga anak kalian yang sudah menggangu anak kami.” Tegas bapak Amelia sambil marah-marah. Kemudian bapak Amelia megusir kedua orangtua heri. “Pergi kalian sekarang juga, sudah datang ke rumah orang lain, malam-malam  pakai marah-marah lagi, kaya orang gila saja kalian.” Bentak bapanya Amelia. Setelah itu kedua orang tua Heri pergi dari rumahnya Amelia. Lalu Bapak Amelia berkata pada Amelia “Mell! mulai dari saat ini kamu harus jauhi laki-laki itu. Buat apa kamu menjalin hubungan dengan orang yang mempunyai oarang tua yang sikapnya kaya orang gila. Pokoknya kalau sampai kamu ketahuan masih menjalin hubungan dengan laki-laki itu kamu akan bapak usir dari rumah ini.” Kata Bapak Amelia. Sambil menangis Amelia menjawab “Tapi pak, Amell sangat mencintainya, Amell enggak bisa hidup tanpa dia pak, tolong pak jangan pisahkan Amell dengan dia.” Dengan suara yang tegas dan marah-marah bapak Amelia berkata lagi “Pokoknya, sekali bapak bilang tidak, tetap tidak!”
Pagi-pagi sekali Heri datang kerumah Amelia. Heri melemparkan sebah kertas tepat  ke kamar Amalia, sesuadah Heri melihat bawa kertas yang dilemparkannya sudah dibuka oleh Amelia, Heri langsug pergi dari rumah Amelia.
Amelia membuka kertas itu yang berisi “Mell, sesugguhnya berat rasanya bagiku untuk mengatakan ini semua, tetapi apa dayaaku, kedua orang tuaku tidak merestui hubungan kita. Mell, hari ini aku dan kedua orang tuaku, mau pindah ke Luar Negeri. Ingin rasanya aku tinggal disini saja hidup bersamamu selamanya. Mell, jangan pernah kau coba tinggalkan aku, aku janji suatu saat aku akan datang menemuimu. Mell aku ingin sebelum aku pergi, aku melihat wajah dan senyuman manismu yang terakhir. Mell, Aku tunggu kedatanganmu  dibandara jam 8 pagi ini. Aku mohon Mell datanglah untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pergi.”
Setelah membaca surat itu, Amelia langsung pergi menyusul Heri ke bandara. Sesampainya dibandara Amelia langsung mencari-cari Heri kesana kemari, Heri pun begitu. Heri selalu menengok ke belakang berharap bahwa Amelia akan datang menemuinya. Bapak heri berkata “Kenapa kamu melihat kesana kemari, siapa yang kamu tunggu? Ayo cepat jalannya nanti ketinggalan pesawat.” “Iya pak, tunggu sebentar.” Jawab Heri. Akhirnya Amelia pun melihat Heri sedang berjalan bersama kedua orangtuanya, tetapi Amelia ragu-ragu untuk menemui Heri, karena Heri sedang bersama kedu orangtuanya. Akhirnya Amelia pun hanya melihat kepergian  Heri dari kejauhan. Amelia sambil menangis berbicara di dalam hati bahwa dia akan selalu menunggu kedatangan Heri. Begitu pula Heri yang selalu berharap bahwa Amelia tidak akan pernah melupakannya.
Beberapa tahun kemudian. Tak terasa Amelia sudah lulus kuliah dan mendapatkan beasiswa S2 keluar Negeri. Amelia segera memberitahukan berita gembira ini pada kedua orang tuanya. “Pak, Bu, Alhamdulilah sekarang Amell udah Lulus kuliah dan berhasil mendapatkan beasiswa S2 ke Luar negeri.” Kata Amelia pada kedua orang tuanya. “Iya Mell, syukur Alhamdulilah kamu mendapatkan beasiswa itu, ibu dan bapak akan selalu mendo’akan untuk keberhasilanmu.” Kata Ibu dan Bapak Amelia sambil meneteskan airmata bahagia.
Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali Amelia pun berangkat ke Luar negeri untuk melanjutkan S2 nya ke luar negeri. Di dalam pesawat Amelia ketiduran dan bermimpi bahwa dia akan bertemu lagi dengan Heri. ketika amelia bangun dari tidurnya dia terkejut bahwa dia bermimpi seperti itu, tetapi dia juga berharap bahwa mimpi itu akan jadi kenyataan.
Akhirnya tengah  malam Amelia sampai di Luar negeri tepatnya di New York, Amelia berkata “Wow Amazing, Subhanallah, ya tuhan sungguh indah kuasamu.” Amelia takjub melihat ke indahan kota New York. Amelia pun langsung pergi ke Apartmennya yang tidak jauh dari kampus yang akan menjadi tempatnya untuk menuntut ilmu. Dia langsung masuk ke apartmennya dan langsung menuju tempat tidur, karena kecapean setelah perjalanan tadi Amelia pun tidur terlelap, karena keesokan harinya Amelia harus mulai kuliah.
Keesokan harinya, Amelia mulai masuk kuliah di kampus barunya. Amelia pun langsung masuk ke kelas dan duduk bersama teman yang lainnya untuk memulai mata kuliah pertamanya. Tiba-tiba datanglah seorang lak-laki yang sangat ganteng bersama teman perempuannya bergandengan tangan. Amelia pun terkejut melihat laki-laki yang baru saja datang besama teman perempuan masuk ke kelas. Ternyata laki-laki itu adalah Heri bersama perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tua Heri, orang yang selalu di nanti-natikan kedatanganya oleh Amelia. Heri dan Amelia pun langsung saling berpandangan, langsung teringat pada masa lalu mereka. Setelah itu Amelia langsung pergi ke luar sambil berlari dan menangis. Tidak lama kemudian Heri pun pergi ke luar menyusul Amelia, tetapi sayangnya Heri tidak menemukan amelia. Heri berkata di dalam hatinya “Ya tuhan, Amelia ada disini. Heri pun terus mencari ke mana perginya Amelia.
Siangnya Amelia pergi ke rumah sakit untuk membeli obat untuk teman seapartmennya. Disana Amelia bertemu lagi dengan Heri, meraka pun langsung saling sapa. Amelia menyapa Heri dengan agak ragu “H..hhe..y! gimana kabar kamu? gak nyangka yachh kita akan bertemu lagi.” Heri menjawab “Iya, ini merupakan sebuah takdir yang mempersatukan kita kembali.” “kok kamu ada disini, pake seragam pasien pula lagi.” Tanya Amelia heran. “Aah! Enggak, iseng aja.” Jawab Heri sambil tersenyum.  Tiba-tiba datanglah temen cewenya heri, menghampiri mereka berdua, dan berkata ”Sayang siapa cewek itu? Kayanya akrab banget sama kamu?” ”Enggak kok, dia itu temen kuliah aku dulu.” Jawab Heri. “Ohh! kirain mantan pacar kamu.” Kata cewek itu. Padahal mereka adalah sepasang kekasih yang harus terpaksa berpisah.
Keesokan harinya Heri sakit parah, masuk rumah sakit dan harus di operasi karena Heri menderita penyakit kanker usus stadium akhir dan enggak bisa di obati lagi. Kedua orang tua Heri dan pacarnya Heri panik, dan sangat takut bahwa Heri akan pergi untuk selamanya meninggalkan mereka semua. Heri berkata pada kedua orang tuanya “Bu, Pak, Heri sebentar lagi akan pergi meninggalkan kalian semua.” Kata heri. “Heri, kenapa kamu bicara seperti itu, enggak baik nak bicara seperti itu.” Kata ibunya Heri. “Tapi benerkan? sebentar lagi heri akan mati bu?” tanya Heri. “Bu, Pak, sebelum Heri pergi ada satu permintaan heri.” “Apa nak? coba katakan apa keinginan mu ibu dan bapak akan mengabulkan semua keinginanmu.” Kata ibunya Heri. “Bu, Pak, sebelum Heri pergi, Heri cuman mau di temeni sama Amelia, Heri sayang dan cinta banget sama Amelia.” Kata Heri. “kenapa kamu masih menanyakan Amelia, Amelia jauh di negara lain.” Kata ibunya Heri. “Enggak Bu, Amelia ada disini, kemarin aku bertemu dia disini. Dia satu kampus sama Heri, bu. Dia sekarang tinggal di sebuah apartmen yang ada di dekat kampus.” Kata Heri menjelaskan pada ibunya. “Baiklah nak, kalau memang Amelia ada disini, ibu akan bawa amelia ke sini untukmu sekarang juga.” Kata ibunya Heri, dan langsung pergi untuk menemui Amelia ke tempat yang tadi disebutkan oleh Heri.
Tidak lama kemudian kedua orang tua Heri sampai di apartmennya Amelia, kebetulan Amelia sedang ada di depan apartmennya dan langsung mengajak kedua orang tua Heri untuk masuk ke dalam apartmennya, karena gak sopan kalau ngobrol di luar. Ibu Heri mengatakan maksudnya datang kesana yaitu untuk menjemput Amelia ke rumah saki untuk memenuhi permintaan terakhir anaknya. Karena Amelia terlanjur sakit hati pada kedua orang tua Heri, Amelia menolak untuk datang ke rumah sakit, tapi ibnya Heri terus-terusan menangis dan memohon-mohon pada Amelia agar mau ikut ke rumah sakit. Dan akhrinya Amelia pun mau datang ke rumah sakit untuk menemani Heri.
Sesampainya Amelia dan kedua orang tua Heri di rumah sakit, Amelia langsung menghampiri Heri yang sedang terbaring sakit dan tak berdaya. “Heri, ini aku Amelia. Aku datang untuk menemuimu tapi buka untuk yang terakhir. Aku mohon jangan tinggalin aku, aku tak bisa hidup tanpamu.” Kata Amelia sambil menangis disamping Heri yang terbaring. “Aku juga tidak bisa hidup tanpamu, Mell. Tapi ini sudah menjadi takdir kita untuk tidak bersatu. Ini hari terakhir kita bertemu. Jaga dirimu baik-baik, Mell. Aku akan selalu mencintaimu.” Itulah kata-kata terakhir yang disampaikan Heri kepada Amelia dan Heri pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Semua orang yang ada di ruangan itu menangis tersedu-sedu karena sudah ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya, Heri. Apalagi Amelia, Amelia menangis sangat histeris.
Amelia pun melanjutkan hidupnya, dan dia berhasil menyelesaikan kuliahnya. Kini dia sudah sukses. Dia bekerja di sebuah perusahan pembuatan robot di Jepang dan disanalah dia mendapatkan pengganti Heri, walalupun dia tidak bisa sepenuhnya melupakan Heri.


 
.