“Empat Gadis Sayuran”
Disebuah
desa terdapat satu keluarga petani yang hidupnya cukup sederhana, yaitu
keluarga Pak Saman dan Bu Saman. Mereka
tinggal disebuah rumah kecil. Mereka mempunyai empat orang anak gadis
yang sangat cantik. Anaknya yang pertama yang diberi nama Brokolina, yang kedua
Timunia, yang ketiga Tomatina, dan yang bungsu namanya Wortelina. Mereka sangat
sayang pada kedua orang tuanya.
Pak Saman
memberi nama pada anak-anaknya sesuai dengan keadaan panen mereka, makanya nama
anak-anaknya diambil dari nama-nama sayuran. Mereka sangat bersyukur mempunyai
empat anak gadis yang selalu membantunya bertani. Anak-anaknya bisa tumbuh
dewasa dan sangat cantik, hingga banyak pemuda-pemuda yang jatuh hati pada
anak-anaknya. Namun yang membuat Pak Saman sedih, sampai saat ini anak-anaknya
belum ada yang mau menikah, karena mereka memiliki kriteria pemuda idamannya
masing-masing.
Akhirnya
pada suatu hari Bu Saman mengusulkan pendapatnya pada Pak Saman untuk
mengumpulkan anaknya dan bertanya bagaimana kriteria pemuda idaman anak-anaknya
itu. Pak Saman pun menyetujuinya dan segera mengumpulkan anak-anaknya di ruang
keluarga untuk menanyakan hal itu.
#Di ruang
keluarga.
Pak Saman : “anak-anakku,
bapak mengumpulkan kalian ditempat ini, karena bapak dan ibu ingin membicarakan
kapan kalian akan menikah, kalian kan sudah berumur, dan di luar sana juga
banyak pemuda-pemuda yang sering mendekati kalian. Sebenarnya laki-laki seperti
apa yang kalian inginkan.?” (sambil menatap ke setiap anak-anaknya)
Bu Saman :
“Iya, sebenarnya kalian ingin laki-laki seperti apa sih.? Ibu sudah tidak sabar
ingin menimang cucu.”
Suasana pun
hening sejenak.
Brokolina :
“gini loh pak, bu. (sambil melihat ke arah bapak da ibunya) Aku sih nggak
muluk-muluk, Cuma pengen punya suami yang kaya, ganteng, pokoknya lebih dari
segala-galanya deh. Aku kan gak mau di ajak susah.”
Pak Saman
hanya mengangguk “kalau kamu?” (sambil melihat ke arah Timunia)
Timunia : “Kalau
timun sih, terserah bapak aja, yang penting dia banyak uang dan mempunyai
kehidupan yang mewah, Timun juga gak mau diajak hidup susah.”
Tomatina : “Saya
juga terserah bapak aja, yang penting dia bisa membimbing saya.”
Wortelina :
“kalau aku sih, sama siapa aja boleh deh pak. Yang penting ok.” (dengan gaya
centilnya)
Brokolina : (Berdiri
menghadap adik-adiknya, sambil berkacak pinggang) “eh! Apa sih kalian ini main
terserah-terserah aja. Harus ada syaratnya donk kalau ada yang mau nikahin
kita. Jangan main terserah aja. Emang kalian mau dikawinin sama orang kampung
yang miskin, HAH? (kemudian melanjutkan bicaranya) ingat! Kita ini gadis paling
cantik di kampung ini, masa harus dapet orang-orang yang ada di kampung ini,
meni enggak banget ih..”
Wortelina : “Betul
tuh betul!” (berdiri di samping Brokolina)
Tomatina : “Apa
sih kak, gak boleh gitu ah, masa jodoh milih-milih. Sama siapa juga gak apa-apa
lah kak, yang penting dia bisa membawa kita ke jalan yang benar.” (dengan nada
lemah lembutnya)
Wortelina :
“Betul juga tuh betul... betul...” (sambil mengagguk-angguk dan menunjuk
Tomatina)
Timunia : “Apa
sih Wortelina, kesini betul kesana betul. Sebenarnya kamu setuju sama siapa
sih.?”
Wortelina :
(garuk-garuk kepala) “Sebenarnya sih aku nggak ngerti dua-duanya ngomong apa?
Makanya aku bilang betul aja, kalau aku ngomong gak ngerti nanti malah di
marahin lagi. heheh”
Brokolina :
“Huh! Dasar Wortelina. (sambil mendorong kepala Wortelina) Makanya kalau
ngomong tuh di pikir dulu, tau gak maksudnya apa.?”
Wortelina hanya
geleng-geleng.
Brokolina :
“Kamu juga timun (sambil menunjuk Timunia) kamu mihak sama siapa.? Kamu setuju
sama siapa.?”
Timunia : “Sebenarnya
sih, omongannya Tomatina ada benernya juga.. (tiba-tiba omongannya dipotong
Brokolina)
Brokolina :
“Jadi. Kamu mihak sama Tomatina?” (matanya melotot)
Timunia : “Enggak
juga kak, aku malah lebih mihak kakak. Iya lah tidak mudah lah untuk dapetin
kita, harus ada perjuangannya donk.”
Brokolina :
“Nah! Begitu baru bagus.” (mengacungkan jempol didepan hidung Timunia).
(melihat ke arah Wortelina) “kalau kamu gimana?”
Wortelina :
“Aku sih ngikut aja.” (sambil cengegesan)
Brokolina :
“Bagus.” (melihat ke arah Tomatina) “kalau kamu gimana?”
Tomatina : “Tadi
kan saya sudah bilang, saya mah terserah bapak sama ibu saja.”
Brokolina :
“Heuh dasar! Kita tuh lebih cantik dari orang lain. Jadi nasib kita juga harus
lebih dari orang lain donk. Gimana sih.”
Tomatina : “Tapi
kak, gak kaya gitu juga kok. Kita sama kok sama mereka”
Melihat
anak-anaknya yang berdebat, akhirnya Pak Saman angkat bicara.
Pak Saman :
“Aduh..! kenapa sih malah jadi debat kaya gini. Ya sudah, kita adakan sayembara
saja, kita pilih siapa yang berhak mendapatkan kalian. Kalian mau minta syarat
apa.?” (Pak Saman menutup perdebatan)
Wortelina :
“Aku ingin calon suamiku membawakan ku wortel yang palii.....ng cantik.”
Timunia : “HAH???
Wortel cantik? Ada gituh wortel yang cantik? ngebedain wortel cewek sama wortel
cowok aja udah susah, apalagi wortel yang cantik. Mana ada?” (sambil senyum
mengejek)
Brokolina :
“Bagus. Bener sayaratnya harus gitu, harus yang mustahil, biar mereka berjuang
mati-matian demi kita. Kalau aku, aku ingin syarat brokoli yang paling segar
dan sempurna, tidak ada cacat sama sekali.”
Timunia : “Kalau
timun, timun ingin kalung yang terbuat dari kulit mentimun.”
Pak Saman :
“Hmm..” (sambil manggut-manggut, melihat tomatina yang hanya diam saja,
akhirnya Pak Saman bertanya pada anaknya itu) “kalau kamu mau ngasih syarat
apa.?”
Tomatina : “Gak
usah lah pak, cukup bawa benih tomat aja.”
Brokolina :
“HAH??? Benih tomat? Gampang banget syaratnya, gak ada yang lain apa? Misalnya
tomat busuk gitu.? Hahaha..”
Timunia dan
Wortelina : “hahahaha..” (ikut menertawakan)
Pak Saman :
“Ssttt... (menempelken telunjuk di bibirnya) sudah jangan menertawakan saudara
kalian. Ya udah kalau itu syaratnya besok akan bapak umumkan pada para pemuda
yang ingin mengikuti sayembara ini.”
Pak Saman
pun pergi, tapi dihentikan oleh Brokolina.
Brokolina :
“Pak! Jangan hanya orang kampung sini donk, orang yang dari daerah lain juga
harus ikut, mana tau yang memenuhi syarat kita itu orang luar daerah sini. Ya
pak yah.” (sambil memelas)
Pak Saman
hanya mengangguk dan kemudian meninggalkan mereka yang di ikuti oleh Bu Saman. Mereka juga pergi ke kamarnya
masing-masing untuk tidur.
Keesokan
harinya Pak Saman mengumpulkan semua pemuda-pemuda yang ada di daerah sana di
lapangan dekat perkebunannya, untuk mengumumkan sayembara yang di adakan untuk
siapa saja yang ingin menjadi menantunya. Dan mengumumkan mengenai
syarat-syarat yang diajukan anak-anaknya.
#Di lapang
dekat perkebunan.
Pak Saman :
“Hadirin sekalian! Saya berdiri disini untuk memberitahukan, bahwa saya akan
mengadakan sayembara untuk mendapatkan anak-anak saya. Siapapun yang bisa
membawa syarat-syaratnya dengan lengkap, maka dia berhak mendapatkan kesempatan
untuk mendapatkan salah satu dari mereka. Adapun syarat-syaratnya yaitu yang
pertama, para hadirin harus membawa brokoli yang paling segar paling sempurna
tanpa cacat, terus wortel yang paliiing cantik, terus kalung yang terbuat dari
kulit mentimun, dan benih tomat. Dan syarat kedua akan diumumkan setelah syarat
pertama lengkap. Sayembara ini diadakan tidak hanya untuk pemuda yang ada di
daerah sini, tapi yang di luar daerah sini juga boleh mengikutinya. Oleh karena
itu, bagi bapak-bapak maupun ibu-ibu yang memiliki sanak saudara di luar desa
ini, silahkan ajak bila ingin mengikuti sayembara ini. Sayembara ini akan
dilaksanakan pada hari esok. Sekian pengumuman ini, atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih, Assalamualaikum Wr. Wb.”
Pak Saman pun
pergi meninggalkan tempat itu dan para hadirin pun bubar dan mulai sibuk
mempersiapkan persyaratan untuk mengikuti sayembara.
Berita
Sayembara Pak Saman pun menyebar luas ke beberapa daerah, hingga yang mengikuti
sayembara sangat banyak dan datang dari berbagai daerah.
Keesokan
harinya sayembara pun dimulai. Dan dari sekian banyak orang yang terpilih
tinggallah tiga orang yang tersisa yang datang dari luar desa tersebut, untuk
mengikuti babak terakhir/persyaratan kedua.
#Di Arena
Sayembara.
Datang
seorang MC dari balik pintu.
MC : “Ok.
Akhirnya kita mendapatkan tiga kandidat yang akan menjadi calon menantu Pak
Saman. Dan siapakah yang akan berhasil melewati syarat yang kedua, yang
merupakan syarat kejutan dari para gadis impiannya. Dan seperti apakah
syaratnya.?” (tiba-tiba Pak Saman datang dan menghampiri MC itu, dan membisikan
sesuatu padanya) Ok. Syaratnya adalah.... (jeng..jeng..jeng..jeng...) setiap
kandidat harus bisa melukiskan setiap suara yang akan kalian dengar dengan
waktu yang telah di tentukan. Dan barang siapa yang nantinya melukis dengan
benar, maka ia berhak mendapatkan apa yang di lukisnya. Paham..? paham para
kandidat..?”
Semua
Kandidat : “Paham....”
MC : “Ok.
Saatnya kita mulai sayembara yang sesungguhnya.
Ok. Para kandidat apakah sudah siap.?”
Ketiga
Kandidat : “Siap”
MC : “Ok.
Kita mulai. Silahkan untuk orang pertama untuk mengeluarkan suara emasnya.”
Kemudian
terdengar sebuah suara dari balik tirai.
Suara 1 :
“hai! Aku panjang dan berwarna hijau, biasanya aku suka dijadiin lalaban, atau
campuran acar, atau biasa juga dijadiin penghias makanan. Siapakah aku?”
MC : “Ok.
Waktu kalian melukis hanya 5 menit, dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok.
Waktunya sudah habis. Silahkan suara kedua.”
Suara 2 : “Aku
bulat dan berwarna merah, kadang aku asam, kadang aku manis. Aku sering
dipasangkan dengan cabai. Siapakah aku.?”
MC : “Okay.
Siapakah dia? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya
sudah habis. Silahkan suara ketiga.”
Suara 3 : “Aku
berwarna hijau, aku mengandung banyak vitamin, aku juga biasa di sebut si
kribo, aku juga banyak disukai orang-orang. Siapakah aku.?”
MC : “Ok.
Siapakah pemilik suara itu? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit)
ok. Waktunya sudah habis, dan silahkan kepada suara yang terakhir.”
Suara 4 : “Hallo!
Para kandidat, kalian tebak aku yah. Aku berwarna orange dan panjang, aku juga mengandung
vitamin A, loh. Aku juga banyak disukai manusia ataupun hewan. Ayo tebak
siapakah aku.? paipai”
MC : “Ok.
Siapakah pemilik suara itu, sepertinya yang satu itu agak centil yah? Dan
Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis, dan
silahkan kepada Pak Saman dan Bu Saman untuk melakukan penilaian. (Pak Saman
dan Bu Saman pun berkeliling melihat hasil lukisan dari para kandidat) Dan kita
akan panggilkan langsung para pemilik suara tadi. Silahkan para gadis pemilik
suara misterius untuk memasuki arena dan memberikan penilaian langsung.”
Keempat anak
Pak Saman pun keluar dari balik tirai, dan langsung duduk di tempat yang telah
disediakan. Mereka kaget karena melihat kandidat sayembaranya yang tampan-tampan,
tapi hanya tinggal tiga orang, itu berarti akan ada salah satu yang tidak
mendapat pasangan atau malah tidak ada satu pun.
Lain lagi
dengan para kandidat. Para kandidat itu malah bengong, mereka tidak henti-hentinya
menatap dan mengagumi akan kecantikan anak-anak Pak Saman yang kini telah
berada di hadapan mereka.
MC pun
memulai acara lagi.
MC : “Ok.
Kita mulai dari penilaian yang pertama. Silahkan kepada pemilik suara pertama
untuk maju kedepan (ternyata itu adalah Timunia). Dan para kandidat silahkan
kalian tunjukan hasil lukisan kalian (mereka pun menunjukan hasil lukisan
mereka) bagaimana nona? Apakah ada dari mereka yang melukis diri nona dengan
benar?”
Timunia :
(menunjukan raut sedih) “hiks...hiks...hiks... kok gak ada yang bisa gambarin
aku sih....?” (sambil kembali ke tempat duduknya sambil menangis dan memasang
wajah kecewa)
MC : “Oh...
oh..oh ternyata suara pertama gagal. Tidak apa, jangan sedih nona, mungkin
belum jodoh. Ok, sekarang kita lanjut ke suara yang kedua. Silahkan untuk
pemilik suara kedua untuk menilai hasil lukisannya (ternyata itu adalah
Tomatina). Para kandidat, silahkan tunjukan hasilnya.!”
Tomatina :
(menunjuk salah satu kandidat yang duduk di tengah-tengah) “Anda, saya suka dengan
lukisan anda, tuan. Lukisan anda sangat indah. Tuan mau kan membimbing saya dan
menjadi masa depan saya.?” (ucapnya lemah lembut dan tak ketinggalan senyum
manisnya)
Kandidat 2 :
(berdiri dan menghampiri Timunia) “Tentu saja nona, saya sudah tentu mau jadi
masa depan nona, dan saya akan berusaha untuk membimbing nona.”
Tomatina : “Terima
kasih tuan, sekarang silahkan perkenalkan diri tuan, dari mana tuan berasal.?”
Kandidat 2 :
“Nama saya pangeran Rawit, anak dari raja Cabai di kerajaan Cabai yang ada di kampung
Lada, di sebrang sana.”
Ternyata dia
adalah pangeran rawit yang terkenal dengan kegagahan dan ketampanannya, semua
wanita sangat mengidolakannya, termasuk Brokolina anaknya Pak Saman. Mendengar
hal itu Brokolina sangat kesal dan langsung mendekati mereka.
Brokolina :
(memegang tangan pangeran rawit) “Pangeran. Pangeran tak pantas dengan si tomat
busuk ini. Pangeran tuh cocoknya sama akyu Brokolina. Coba deh pangeran
perlihatkan gambar suara orang ketiga, pasti mirip banget sama aku.”
Pangeran pun
menunjukkan gambarnya, dan sontak membuat para penonton dan kedua adiknya
tertawa, bahkan MC nya pun ikut tertawa dan membuat Brokolina dongkol, malu,
dan langsung pergi ke tempat duduknya.
MC : (masih
berusaha menahan tawa) “Ok, telah berhasil satu kandidat yang mendapatkan gadis
cantik dan lemah lembut, yaitu Tomatina, semoga kalian berbahagia. Mungkin dari
Pak Saman atau Bu Saman, ada yang ingin kalian sampaikan pada pasangan ini.?”
Pak Saman :
“Selamat pangeran Rawit, tidak disangka kalau saya akan mendapatkan menantu
seorang pangeran, tolong jaga anak saya Tomatina, bimbinglah dia. Aku merestui
kalian”
Pangeran
Rawit : “Baik Pak Saman, saya akan menjaga dan melindunginya lebih dari
apapun.”
Bu Saman :
“berbahagialah kalian, dan cepatlah kalian menikah. Aku sudah tidak sabar ingin
punya cucu.”
Mereka hanya
mengangguk. Pak Saman dan Bu Saman pun kembali duduk, karena harus melanjutkan
penilaian. Pasangan baru itu juga ikut duduk, duduk di tempat yang telah di
sediakan.
MC : “Ok.
Sekali lagi selamat untuk kalian. Dan kita lanjutkan lagi acaranya. Langsung
saja kita panggilkan pemilik suara yang ketiga. (ternyata Brokolina) ohh!!
Ternyata nona yang tadi berharap sama pangeran Rawit yah. Tidak apa nona
mungkin pasangan nona salah satu dari 2 kandidat ini. Silahkan para kandidat
untuk menunjukkan hasilnya.”
Ternyata
tidak ada gambar yang mirip dengan dirinya.
Brokolina :
“huu~uuh. Kenapa sih gak ada yang bisa menggambar aku, apa aku ini terlalu
cantik? Apa kalian minder dengan kecantikanku? Tak apa lah, lagian aku juga
tidak tertarik dengan kalian berdua. Kalian berdua tuh bukan level ku.” (pergi
meninggalkan arena sayembara)
MC : “Kenapa
nona Brokolina marah-marah.? Tapi biarkanlah, mungkin sayembaranya sudah
selesai, sudah tidak ada lagi...”
Wortelina : (bangkit
dari tempat duduk sambil berkacak pinggang) “eh,, kok selesai sih? Kan aku
belum dipanggil. Anaknya bapak ku kan ada empat, tadi baru tiga loh. (marah
pada MC yang melupakannya) ya sudah gak usah di panggil, biar aku maju sendiri,
gak di suruh juga bisa! (dengan nada ketus). Haii!! Para kandidat yang
tampan-tampan mana hasil lukisannya, pasti ada yang mirip sama diriku iya kan.”
Timunia :
(nyamperin Wortelina dan memukul pundaknya) “woyy!! Kandidatnya dibelakang, (sambil
menunjuk ke belakang) yang di depan mah penonton. Bisa ngebedain kagak seehh..?
bego banget sih.”
Wortelina :
(cengengesan sambil garuk-garuk kepala walau tidak gatal) “ehh.. iya.. lupa..
hehehe... (melihat ke arah Timunia) ngapain masih disini? Ini kan giliranku.
Pergi sana kamu kan udah gagal.”
Tiba-tiba
Timunia menangis histeris sambil pergi meninggalkan arena sayembara.
Wortelina :
(keheranan) “pantes gak ada yang milih, orang dia cengeng, mana ada yang mau
sama gadis cengeng.”
MC : “nona
Wortelina, silahkan memberikan penilaian.”
Wortelina :
(melihat benci ke arah MC) “apa sih? Gak disuruh juga ini mau. (mondar-mandir
seperti orang yang sedang berpikir sambil sesekali melihat gambar dari kedua
kandidat) hmm... sepertinya kamu! (menunjuk pada satu kandidat yaitu kandidat
nomor 1) ya kamu, lukisan kamu laziieess, hauce ping..ping..ping (gaya benu
bulo).”
Tiba-tiba
datang lagi timunia, dan menepuk pundak Wortelina.
Timunia :
“woyy!! Dia tuh orang bukan makanan, kok laziieesss, hauce ping.. ping..
ping..? gimana sih? Jadi cewek kok o’on banget.”
Wortelina :
“Biarin yang penting aku gak cengeng, kakak kan gak ada yang milih gara-gara
kakak cengeng. Wle... (sambil menjulurkan lidahnya).”
Timunia :
“hiks.. hiks.. hiks.. huwwaaaa...” (kembali menangis dan pergi meninggalkan
arena sayembara)
Wortelina :
(heran) “apaan sih gaje banget, tiba-tiba masuk, tiba-tiba nangis, terus pergi.”
Pak Saman :
“sudah lanjutkan saja penilaiannya.”
Wortelina :
“IYA IHH BAA....wel (saat kaget ternyata yang bicara Bapaknya, karena dia pikir
yang tadi bicara itu MC) hehe... iya Bapak. Aku pilih yang nmor satu, silahkan
maju dan perkenalkan dirimu.!”
Kandidat 1 :
(maju dan memperkenalkan dirinya) “Nama saya Sagara, saya anak dari Lurah Cijambu.
Terimakasih.”
Wortelina :
“Hah! Lurah cijambu. Horee!! Aku jadi menantu pak Lurah. (langsung melihat ke
belakang takut Timunia datang lagi)
Bu Saman :
“apakah kamu senang Wortelina.?”
Wortelina :
“seneng bangettz.” (gaya anak gahool)
Bu Saman :
“Ibu senang kalau kalian senang.”
Pak Saman :
“Bapak juga. (melihat ke arah kandidat nomor 3) maaf raden anda belum
beruntung, cobalah beberapa kali lagi.”
Kandidat 3 :
“Terima kasih Pak Saman, saya permisi.” (pergi meninggalkan arena)
MC : “Ok.
Acaranya sudah selesai, para penonton silahkan untuk meninggalkan arena.”
Tiba-tiba...
Brokolina
dan Timunia : “TUNGGUU!!!”
Brokolina :
“Pak, kami kan belum punya pasangan.”
Timunia :
“Iya pak, gimana.?”
Pak Saman :
“Kalian sabar aja nanti juga akan ada pasangan buat kalian. Mungkin di
sayembara tahun depan.” (sembari pergi meninggalkan arena, di ikuti Bu Saman,
MC dan kedua pasangan yang sedang berbahagia)
Brokolina
dan Timunia : “HAHH??? TAHUN DEPAN...?? HWAAA...” (mereka menangis berjamaah)
Itulah
akhirnya, yang sombong, yang selalu menganggap dirinya pintar, mengaggap
dirinya paling tinggi tidak mendapat apa-apa. Tetapi yang polos apa adanya dan
bahkan direndahkan malah mendapat hasil yang baik. Seperti kata pepatah, bila
dia menanam benih maka dia yang akan menuai buahnya. Benih yang baik akan
menghasilkan buah yang baik pula begitu juga sebaliknya.
~SELESAI~