Jumat, 04 Oktober 2013
Wish Wonder Surprise: Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri : O AMUK KA...
Wish Wonder Surprise: Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri : O AMUK KA...: Ingat puisi sih ka win ka? Yup puisi tersebut adalah puisi yang cukup terkenal karya penyair Sutardji Calzoum Bachri. Puisi tersebut term...
Rabu, 24 April 2013
sinopsis drama
“Empat Gadis
Sayuran”
Disebuah
desa terdapat satu keluarga petani yang hidupnya cukup sederhana, yaitu
keluarga Pak Saman dan Bu Saman. Mereka
tinggal disebuah rumah kecil. Mereka mempunyai empat orang anak gadis
yang sangat cantik, masing-masing mempunyai sifat dan mimpi yang berbeda.
Anaknya yang pertama yang diberi nama Brokolina, dia sangat egois dan suka
memperlakukan adik-adiknya dengan tidak baik. Yang kedua Timunia, gadis yang
penyayang, namun sangat pelit. Yang ketiga Tomatina, gadis yang baik hati dan
suka mengalah. Dan yang bungsu namanya Wortelina, gadis polos dan apa adanya. Walaupun
sifat mereka berbeda, tapi mereka sangat sayang pada kedua orang tuanya.
Pak Saman
memberi nama pada anak-anaknya sesuai dengan keadaan panen mereka, makanya nama
anak-anaknya diambil dari nama-nama sayuran. Mereka sangat bersyukur mempunyai
empat anak gadis yang selalu membantunya bertani. Anak-anaknya bisa tumbuh
dewasa dan sangat cantik, hingga banyak pemuda-pemuda yang jatuh hati pada
anak-anaknya. Namun yang membuat Pak Saman sedih, sampai saat ini anak-anaknya
belum ada yang mau menikah, karena mereka memiliki kriteria pemuda idamannya
masing-masing.
Akhirnya
pada suatu hari Bu Saman mengusulkan pendapatnya pada Pak Saman untuk
mengumpulkan anaknya dan bertanya bagaimana kriteria pemuda idaman anak-anaknya
itu, dan setelah itu akan diadakan sayembara dengan syarat-syarat yang akan
diajukan anak-anaknya. Karena Bu Saman sudah tidak sabar ingin melihat anak-anaknya
menikah dan mempunyai anak. Pak Saman pun menyetujuinya dan segera mengumpulkan
anak-anaknya di ruang keluarga untuk menanyakan hal itu. Anak-anaknya pun
menjawab dengan jawaban yang masing-masingnya berbeda.
Akhirnya Pak
Saman mengumpulkan semua pemuda-pemuda yang ada di daerah sana di lapangan
dekat perkebunannya, untuk mengumumkan sayembara yang di adakan untuk siapa
saja yang ingin menjadi menantunya. Dan mengumumkan mengenai syarat-syarat yang
diajukan anak-anaknya. Para pemuda pun sangat antusias untuk mengikuti
sayembara tersebut, walaupun mereka diberi syarat-syarat yang sangat sulit.
Berita
Sayembara Pak Saman pun menyebar luas ke beberapa daerah, hingga yang mengikuti
sayembara sangat banyak dan datang dari berbagai daerah.
Akhirnya sayembara
pun dimulai. Dan dari sekian banyak orang yang terpilih tinggallah enam orang
yang tersisa yang datang dari luar desa tersebut, untuk mengikuti babak
terakhir. Dan di babak ini peserta sayembara di tantang untuk melukiskan wajah
anak-anaknya Pak Saman, hanya dengan mendengarkan setiap suara gadis yang
terdengar oleh mereka. Dan bagi siapa yang lukisannya sangat mirip dengan
pemilik suara tersebut, maka dia telah berhasil dan berhak untuk menikahinya.
Para peserta pun sangat tegang karena dari mereka semua tidak ada satu pun yang
tahu bagimana wajah anak-anaknya Pak Saman, mereka hanya tahu bahwa
anak-anaknya itu sangat cantik.
mencoba membuat naskah drama karya pribadi, maaf kalau ada kesamaan.
“Empat Gadis Sayuran”
Disebuah
desa terdapat satu keluarga petani yang hidupnya cukup sederhana, yaitu
keluarga Pak Saman dan Bu Saman. Mereka
tinggal disebuah rumah kecil. Mereka mempunyai empat orang anak gadis
yang sangat cantik. Anaknya yang pertama yang diberi nama Brokolina, yang kedua
Timunia, yang ketiga Tomatina, dan yang bungsu namanya Wortelina. Mereka sangat
sayang pada kedua orang tuanya.
Pak Saman
memberi nama pada anak-anaknya sesuai dengan keadaan panen mereka, makanya nama
anak-anaknya diambil dari nama-nama sayuran. Mereka sangat bersyukur mempunyai
empat anak gadis yang selalu membantunya bertani. Anak-anaknya bisa tumbuh
dewasa dan sangat cantik, hingga banyak pemuda-pemuda yang jatuh hati pada
anak-anaknya. Namun yang membuat Pak Saman sedih, sampai saat ini anak-anaknya
belum ada yang mau menikah, karena mereka memiliki kriteria pemuda idamannya
masing-masing.
Akhirnya
pada suatu hari Bu Saman mengusulkan pendapatnya pada Pak Saman untuk
mengumpulkan anaknya dan bertanya bagaimana kriteria pemuda idaman anak-anaknya
itu. Pak Saman pun menyetujuinya dan segera mengumpulkan anak-anaknya di ruang
keluarga untuk menanyakan hal itu.
#Di ruang
keluarga.
Pak Saman : “anak-anakku,
bapak mengumpulkan kalian ditempat ini, karena bapak dan ibu ingin membicarakan
kapan kalian akan menikah, kalian kan sudah berumur, dan di luar sana juga
banyak pemuda-pemuda yang sering mendekati kalian. Sebenarnya laki-laki seperti
apa yang kalian inginkan.?” (sambil menatap ke setiap anak-anaknya)
Bu Saman :
“Iya, sebenarnya kalian ingin laki-laki seperti apa sih.? Ibu sudah tidak sabar
ingin menimang cucu.”
Suasana pun
hening sejenak.
Brokolina :
“gini loh pak, bu. (sambil melihat ke arah bapak da ibunya) Aku sih nggak
muluk-muluk, Cuma pengen punya suami yang kaya, ganteng, pokoknya lebih dari
segala-galanya deh. Aku kan gak mau di ajak susah.”
Pak Saman
hanya mengangguk “kalau kamu?” (sambil melihat ke arah Timunia)
Timunia : “Kalau
timun sih, terserah bapak aja, yang penting dia banyak uang dan mempunyai
kehidupan yang mewah, Timun juga gak mau diajak hidup susah.”
Tomatina : “Saya
juga terserah bapak aja, yang penting dia bisa membimbing saya.”
Wortelina :
“kalau aku sih, sama siapa aja boleh deh pak. Yang penting ok.” (dengan gaya
centilnya)
Brokolina : (Berdiri
menghadap adik-adiknya, sambil berkacak pinggang) “eh! Apa sih kalian ini main
terserah-terserah aja. Harus ada syaratnya donk kalau ada yang mau nikahin
kita. Jangan main terserah aja. Emang kalian mau dikawinin sama orang kampung
yang miskin, HAH? (kemudian melanjutkan bicaranya) ingat! Kita ini gadis paling
cantik di kampung ini, masa harus dapet orang-orang yang ada di kampung ini,
meni enggak banget ih..”
Wortelina : “Betul
tuh betul!” (berdiri di samping Brokolina)
Tomatina : “Apa
sih kak, gak boleh gitu ah, masa jodoh milih-milih. Sama siapa juga gak apa-apa
lah kak, yang penting dia bisa membawa kita ke jalan yang benar.” (dengan nada
lemah lembutnya)
Wortelina :
“Betul juga tuh betul... betul...” (sambil mengagguk-angguk dan menunjuk
Tomatina)
Timunia : “Apa
sih Wortelina, kesini betul kesana betul. Sebenarnya kamu setuju sama siapa
sih.?”
Wortelina :
(garuk-garuk kepala) “Sebenarnya sih aku nggak ngerti dua-duanya ngomong apa?
Makanya aku bilang betul aja, kalau aku ngomong gak ngerti nanti malah di
marahin lagi. heheh”
Brokolina :
“Huh! Dasar Wortelina. (sambil mendorong kepala Wortelina) Makanya kalau
ngomong tuh di pikir dulu, tau gak maksudnya apa.?”
Wortelina hanya
geleng-geleng.
Brokolina :
“Kamu juga timun (sambil menunjuk Timunia) kamu mihak sama siapa.? Kamu setuju
sama siapa.?”
Timunia : “Sebenarnya
sih, omongannya Tomatina ada benernya juga.. (tiba-tiba omongannya dipotong
Brokolina)
Brokolina :
“Jadi. Kamu mihak sama Tomatina?” (matanya melotot)
Timunia : “Enggak
juga kak, aku malah lebih mihak kakak. Iya lah tidak mudah lah untuk dapetin
kita, harus ada perjuangannya donk.”
Brokolina :
“Nah! Begitu baru bagus.” (mengacungkan jempol didepan hidung Timunia).
(melihat ke arah Wortelina) “kalau kamu gimana?”
Wortelina :
“Aku sih ngikut aja.” (sambil cengegesan)
Brokolina :
“Bagus.” (melihat ke arah Tomatina) “kalau kamu gimana?”
Tomatina : “Tadi
kan saya sudah bilang, saya mah terserah bapak sama ibu saja.”
Brokolina :
“Heuh dasar! Kita tuh lebih cantik dari orang lain. Jadi nasib kita juga harus
lebih dari orang lain donk. Gimana sih.”
Tomatina : “Tapi
kak, gak kaya gitu juga kok. Kita sama kok sama mereka”
Melihat
anak-anaknya yang berdebat, akhirnya Pak Saman angkat bicara.
Pak Saman :
“Aduh..! kenapa sih malah jadi debat kaya gini. Ya sudah, kita adakan sayembara
saja, kita pilih siapa yang berhak mendapatkan kalian. Kalian mau minta syarat
apa.?” (Pak Saman menutup perdebatan)
Wortelina :
“Aku ingin calon suamiku membawakan ku wortel yang palii.....ng cantik.”
Timunia : “HAH???
Wortel cantik? Ada gituh wortel yang cantik? ngebedain wortel cewek sama wortel
cowok aja udah susah, apalagi wortel yang cantik. Mana ada?” (sambil senyum
mengejek)
Brokolina :
“Bagus. Bener sayaratnya harus gitu, harus yang mustahil, biar mereka berjuang
mati-matian demi kita. Kalau aku, aku ingin syarat brokoli yang paling segar
dan sempurna, tidak ada cacat sama sekali.”
Timunia : “Kalau
timun, timun ingin kalung yang terbuat dari kulit mentimun.”
Pak Saman :
“Hmm..” (sambil manggut-manggut, melihat tomatina yang hanya diam saja,
akhirnya Pak Saman bertanya pada anaknya itu) “kalau kamu mau ngasih syarat
apa.?”
Tomatina : “Gak
usah lah pak, cukup bawa benih tomat aja.”
Brokolina :
“HAH??? Benih tomat? Gampang banget syaratnya, gak ada yang lain apa? Misalnya
tomat busuk gitu.? Hahaha..”
Timunia dan
Wortelina : “hahahaha..” (ikut menertawakan)
Pak Saman :
“Ssttt... (menempelken telunjuk di bibirnya) sudah jangan menertawakan saudara
kalian. Ya udah kalau itu syaratnya besok akan bapak umumkan pada para pemuda
yang ingin mengikuti sayembara ini.”
Pak Saman
pun pergi, tapi dihentikan oleh Brokolina.
Brokolina :
“Pak! Jangan hanya orang kampung sini donk, orang yang dari daerah lain juga
harus ikut, mana tau yang memenuhi syarat kita itu orang luar daerah sini. Ya
pak yah.” (sambil memelas)
Pak Saman
hanya mengangguk dan kemudian meninggalkan mereka yang di ikuti oleh Bu Saman. Mereka juga pergi ke kamarnya
masing-masing untuk tidur.
Keesokan
harinya Pak Saman mengumpulkan semua pemuda-pemuda yang ada di daerah sana di
lapangan dekat perkebunannya, untuk mengumumkan sayembara yang di adakan untuk
siapa saja yang ingin menjadi menantunya. Dan mengumumkan mengenai
syarat-syarat yang diajukan anak-anaknya.
#Di lapang
dekat perkebunan.
Pak Saman :
“Hadirin sekalian! Saya berdiri disini untuk memberitahukan, bahwa saya akan
mengadakan sayembara untuk mendapatkan anak-anak saya. Siapapun yang bisa
membawa syarat-syaratnya dengan lengkap, maka dia berhak mendapatkan kesempatan
untuk mendapatkan salah satu dari mereka. Adapun syarat-syaratnya yaitu yang
pertama, para hadirin harus membawa brokoli yang paling segar paling sempurna
tanpa cacat, terus wortel yang paliiing cantik, terus kalung yang terbuat dari
kulit mentimun, dan benih tomat. Dan syarat kedua akan diumumkan setelah syarat
pertama lengkap. Sayembara ini diadakan tidak hanya untuk pemuda yang ada di
daerah sini, tapi yang di luar daerah sini juga boleh mengikutinya. Oleh karena
itu, bagi bapak-bapak maupun ibu-ibu yang memiliki sanak saudara di luar desa
ini, silahkan ajak bila ingin mengikuti sayembara ini. Sayembara ini akan
dilaksanakan pada hari esok. Sekian pengumuman ini, atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih, Assalamualaikum Wr. Wb.”
Pak Saman pun
pergi meninggalkan tempat itu dan para hadirin pun bubar dan mulai sibuk
mempersiapkan persyaratan untuk mengikuti sayembara.
Berita
Sayembara Pak Saman pun menyebar luas ke beberapa daerah, hingga yang mengikuti
sayembara sangat banyak dan datang dari berbagai daerah.
Keesokan
harinya sayembara pun dimulai. Dan dari sekian banyak orang yang terpilih
tinggallah tiga orang yang tersisa yang datang dari luar desa tersebut, untuk
mengikuti babak terakhir/persyaratan kedua.
#Di Arena
Sayembara.
Datang
seorang MC dari balik pintu.
MC : “Ok.
Akhirnya kita mendapatkan tiga kandidat yang akan menjadi calon menantu Pak
Saman. Dan siapakah yang akan berhasil melewati syarat yang kedua, yang
merupakan syarat kejutan dari para gadis impiannya. Dan seperti apakah
syaratnya.?” (tiba-tiba Pak Saman datang dan menghampiri MC itu, dan membisikan
sesuatu padanya) Ok. Syaratnya adalah.... (jeng..jeng..jeng..jeng...) setiap
kandidat harus bisa melukiskan setiap suara yang akan kalian dengar dengan
waktu yang telah di tentukan. Dan barang siapa yang nantinya melukis dengan
benar, maka ia berhak mendapatkan apa yang di lukisnya. Paham..? paham para
kandidat..?”
Semua
Kandidat : “Paham....”
MC : “Ok.
Saatnya kita mulai sayembara yang sesungguhnya.
Ok. Para kandidat apakah sudah siap.?”
Ketiga
Kandidat : “Siap”
MC : “Ok.
Kita mulai. Silahkan untuk orang pertama untuk mengeluarkan suara emasnya.”
Kemudian
terdengar sebuah suara dari balik tirai.
Suara 1 :
“hai! Aku panjang dan berwarna hijau, biasanya aku suka dijadiin lalaban, atau
campuran acar, atau biasa juga dijadiin penghias makanan. Siapakah aku?”
MC : “Ok.
Waktu kalian melukis hanya 5 menit, dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok.
Waktunya sudah habis. Silahkan suara kedua.”
Suara 2 : “Aku
bulat dan berwarna merah, kadang aku asam, kadang aku manis. Aku sering
dipasangkan dengan cabai. Siapakah aku.?”
MC : “Okay.
Siapakah dia? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya
sudah habis. Silahkan suara ketiga.”
Suara 3 : “Aku
berwarna hijau, aku mengandung banyak vitamin, aku juga biasa di sebut si
kribo, aku juga banyak disukai orang-orang. Siapakah aku.?”
MC : “Ok.
Siapakah pemilik suara itu? Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit)
ok. Waktunya sudah habis, dan silahkan kepada suara yang terakhir.”
Suara 4 : “Hallo!
Para kandidat, kalian tebak aku yah. Aku berwarna orange dan panjang, aku juga mengandung
vitamin A, loh. Aku juga banyak disukai manusia ataupun hewan. Ayo tebak
siapakah aku.? paipai”
MC : “Ok.
Siapakah pemilik suara itu, sepertinya yang satu itu agak centil yah? Dan
Waktunya dimulai dari sekarang. (setelah 5 menit) Ok. Waktunya sudah habis, dan
silahkan kepada Pak Saman dan Bu Saman untuk melakukan penilaian. (Pak Saman
dan Bu Saman pun berkeliling melihat hasil lukisan dari para kandidat) Dan kita
akan panggilkan langsung para pemilik suara tadi. Silahkan para gadis pemilik
suara misterius untuk memasuki arena dan memberikan penilaian langsung.”
Keempat anak
Pak Saman pun keluar dari balik tirai, dan langsung duduk di tempat yang telah
disediakan. Mereka kaget karena melihat kandidat sayembaranya yang tampan-tampan,
tapi hanya tinggal tiga orang, itu berarti akan ada salah satu yang tidak
mendapat pasangan atau malah tidak ada satu pun.
Lain lagi
dengan para kandidat. Para kandidat itu malah bengong, mereka tidak henti-hentinya
menatap dan mengagumi akan kecantikan anak-anak Pak Saman yang kini telah
berada di hadapan mereka.
MC pun
memulai acara lagi.
MC : “Ok.
Kita mulai dari penilaian yang pertama. Silahkan kepada pemilik suara pertama
untuk maju kedepan (ternyata itu adalah Timunia). Dan para kandidat silahkan
kalian tunjukan hasil lukisan kalian (mereka pun menunjukan hasil lukisan
mereka) bagaimana nona? Apakah ada dari mereka yang melukis diri nona dengan
benar?”
Timunia :
(menunjukan raut sedih) “hiks...hiks...hiks... kok gak ada yang bisa gambarin
aku sih....?” (sambil kembali ke tempat duduknya sambil menangis dan memasang
wajah kecewa)
MC : “Oh...
oh..oh ternyata suara pertama gagal. Tidak apa, jangan sedih nona, mungkin
belum jodoh. Ok, sekarang kita lanjut ke suara yang kedua. Silahkan untuk
pemilik suara kedua untuk menilai hasil lukisannya (ternyata itu adalah
Tomatina). Para kandidat, silahkan tunjukan hasilnya.!”
Tomatina :
(menunjuk salah satu kandidat yang duduk di tengah-tengah) “Anda, saya suka dengan
lukisan anda, tuan. Lukisan anda sangat indah. Tuan mau kan membimbing saya dan
menjadi masa depan saya.?” (ucapnya lemah lembut dan tak ketinggalan senyum
manisnya)
Kandidat 2 :
(berdiri dan menghampiri Timunia) “Tentu saja nona, saya sudah tentu mau jadi
masa depan nona, dan saya akan berusaha untuk membimbing nona.”
Tomatina : “Terima
kasih tuan, sekarang silahkan perkenalkan diri tuan, dari mana tuan berasal.?”
Kandidat 2 :
“Nama saya pangeran Rawit, anak dari raja Cabai di kerajaan Cabai yang ada di kampung
Lada, di sebrang sana.”
Ternyata dia
adalah pangeran rawit yang terkenal dengan kegagahan dan ketampanannya, semua
wanita sangat mengidolakannya, termasuk Brokolina anaknya Pak Saman. Mendengar
hal itu Brokolina sangat kesal dan langsung mendekati mereka.
Brokolina :
(memegang tangan pangeran rawit) “Pangeran. Pangeran tak pantas dengan si tomat
busuk ini. Pangeran tuh cocoknya sama akyu Brokolina. Coba deh pangeran
perlihatkan gambar suara orang ketiga, pasti mirip banget sama aku.”
Pangeran pun
menunjukkan gambarnya, dan sontak membuat para penonton dan kedua adiknya
tertawa, bahkan MC nya pun ikut tertawa dan membuat Brokolina dongkol, malu,
dan langsung pergi ke tempat duduknya.
MC : (masih
berusaha menahan tawa) “Ok, telah berhasil satu kandidat yang mendapatkan gadis
cantik dan lemah lembut, yaitu Tomatina, semoga kalian berbahagia. Mungkin dari
Pak Saman atau Bu Saman, ada yang ingin kalian sampaikan pada pasangan ini.?”
Pak Saman :
“Selamat pangeran Rawit, tidak disangka kalau saya akan mendapatkan menantu
seorang pangeran, tolong jaga anak saya Tomatina, bimbinglah dia. Aku merestui
kalian”
Pangeran
Rawit : “Baik Pak Saman, saya akan menjaga dan melindunginya lebih dari
apapun.”
Bu Saman :
“berbahagialah kalian, dan cepatlah kalian menikah. Aku sudah tidak sabar ingin
punya cucu.”
Mereka hanya
mengangguk. Pak Saman dan Bu Saman pun kembali duduk, karena harus melanjutkan
penilaian. Pasangan baru itu juga ikut duduk, duduk di tempat yang telah di
sediakan.
MC : “Ok.
Sekali lagi selamat untuk kalian. Dan kita lanjutkan lagi acaranya. Langsung
saja kita panggilkan pemilik suara yang ketiga. (ternyata Brokolina) ohh!!
Ternyata nona yang tadi berharap sama pangeran Rawit yah. Tidak apa nona
mungkin pasangan nona salah satu dari 2 kandidat ini. Silahkan para kandidat
untuk menunjukkan hasilnya.”
Ternyata
tidak ada gambar yang mirip dengan dirinya.
Brokolina :
“huu~uuh. Kenapa sih gak ada yang bisa menggambar aku, apa aku ini terlalu
cantik? Apa kalian minder dengan kecantikanku? Tak apa lah, lagian aku juga
tidak tertarik dengan kalian berdua. Kalian berdua tuh bukan level ku.” (pergi
meninggalkan arena sayembara)
MC : “Kenapa
nona Brokolina marah-marah.? Tapi biarkanlah, mungkin sayembaranya sudah
selesai, sudah tidak ada lagi...”
Wortelina : (bangkit
dari tempat duduk sambil berkacak pinggang) “eh,, kok selesai sih? Kan aku
belum dipanggil. Anaknya bapak ku kan ada empat, tadi baru tiga loh. (marah
pada MC yang melupakannya) ya sudah gak usah di panggil, biar aku maju sendiri,
gak di suruh juga bisa! (dengan nada ketus). Haii!! Para kandidat yang
tampan-tampan mana hasil lukisannya, pasti ada yang mirip sama diriku iya kan.”
Timunia :
(nyamperin Wortelina dan memukul pundaknya) “woyy!! Kandidatnya dibelakang, (sambil
menunjuk ke belakang) yang di depan mah penonton. Bisa ngebedain kagak seehh..?
bego banget sih.”
Wortelina :
(cengengesan sambil garuk-garuk kepala walau tidak gatal) “ehh.. iya.. lupa..
hehehe... (melihat ke arah Timunia) ngapain masih disini? Ini kan giliranku.
Pergi sana kamu kan udah gagal.”
Tiba-tiba
Timunia menangis histeris sambil pergi meninggalkan arena sayembara.
Wortelina :
(keheranan) “pantes gak ada yang milih, orang dia cengeng, mana ada yang mau
sama gadis cengeng.”
MC : “nona
Wortelina, silahkan memberikan penilaian.”
Wortelina :
(melihat benci ke arah MC) “apa sih? Gak disuruh juga ini mau. (mondar-mandir
seperti orang yang sedang berpikir sambil sesekali melihat gambar dari kedua
kandidat) hmm... sepertinya kamu! (menunjuk pada satu kandidat yaitu kandidat
nomor 1) ya kamu, lukisan kamu laziieess, hauce ping..ping..ping (gaya benu
bulo).”
Tiba-tiba
datang lagi timunia, dan menepuk pundak Wortelina.
Timunia :
“woyy!! Dia tuh orang bukan makanan, kok laziieesss, hauce ping.. ping..
ping..? gimana sih? Jadi cewek kok o’on banget.”
Wortelina :
“Biarin yang penting aku gak cengeng, kakak kan gak ada yang milih gara-gara
kakak cengeng. Wle... (sambil menjulurkan lidahnya).”
Timunia :
“hiks.. hiks.. hiks.. huwwaaaa...” (kembali menangis dan pergi meninggalkan
arena sayembara)
Wortelina :
(heran) “apaan sih gaje banget, tiba-tiba masuk, tiba-tiba nangis, terus pergi.”
Pak Saman :
“sudah lanjutkan saja penilaiannya.”
Wortelina :
“IYA IHH BAA....wel (saat kaget ternyata yang bicara Bapaknya, karena dia pikir
yang tadi bicara itu MC) hehe... iya Bapak. Aku pilih yang nmor satu, silahkan
maju dan perkenalkan dirimu.!”
Kandidat 1 :
(maju dan memperkenalkan dirinya) “Nama saya Sagara, saya anak dari Lurah Cijambu.
Terimakasih.”
Wortelina :
“Hah! Lurah cijambu. Horee!! Aku jadi menantu pak Lurah. (langsung melihat ke
belakang takut Timunia datang lagi)
Bu Saman :
“apakah kamu senang Wortelina.?”
Wortelina :
“seneng bangettz.” (gaya anak gahool)
Bu Saman :
“Ibu senang kalau kalian senang.”
Pak Saman :
“Bapak juga. (melihat ke arah kandidat nomor 3) maaf raden anda belum
beruntung, cobalah beberapa kali lagi.”
Kandidat 3 :
“Terima kasih Pak Saman, saya permisi.” (pergi meninggalkan arena)
MC : “Ok.
Acaranya sudah selesai, para penonton silahkan untuk meninggalkan arena.”
Tiba-tiba...
Brokolina
dan Timunia : “TUNGGUU!!!”
Brokolina :
“Pak, kami kan belum punya pasangan.”
Timunia :
“Iya pak, gimana.?”
Pak Saman :
“Kalian sabar aja nanti juga akan ada pasangan buat kalian. Mungkin di
sayembara tahun depan.” (sembari pergi meninggalkan arena, di ikuti Bu Saman,
MC dan kedua pasangan yang sedang berbahagia)
Brokolina
dan Timunia : “HAHH??? TAHUN DEPAN...?? HWAAA...” (mereka menangis berjamaah)
Itulah
akhirnya, yang sombong, yang selalu menganggap dirinya pintar, mengaggap
dirinya paling tinggi tidak mendapat apa-apa. Tetapi yang polos apa adanya dan
bahkan direndahkan malah mendapat hasil yang baik. Seperti kata pepatah, bila
dia menanam benih maka dia yang akan menuai buahnya. Benih yang baik akan
menghasilkan buah yang baik pula begitu juga sebaliknya.
~SELESAI~
Rabu, 03 April 2013
17-01-07
“17-01-07”
Karya
: Lusi Fitriyani
“Kriiing....”
alarm berbunyi, tanda aktivitas baru pun dimulai. Pagi ini aku berangkat ke
sekolah dengan senyuman, karena teman-temanku menjemputku ke rumah. Aku
sekarang masih duduk di bangku SMP kelas VIII dan masih belum kenal jelas
dengan yang namanya CINTA, karena aku masih fokus dengan mengejar prestasi di
sekolah.
Akupun
berangkat tepatnya berempat dengan teman-temanku. Kaki melangkah diiringi
dengan tawa dan canda. Seiring perjalanan kami terdengar suara seorang pria
memanggil namaku “Lusy... Lusy....” akupun menengok dengan rasa penasaran,
keGRan dan malu. Langkah kakiku semakin cepat, karena malu oleh pria itu.
“Ciieee... ciiee....” teman-temanku meledek, tapi tak ku hiraukan. Dalam hati,
ku berbicara ‘aku tahu pria itu, tapi aku tak kenal. Hmmm... tapi jangan GR
dulu ah! Siapa tahu dia cuman iseng.’
Sampailah
aku disekolah, disambut hangat oleh sahabat-sahabatku, namanya Citra dan Siti.
Kami selalu bertiga di sekolah. Kami mulai akrab, ketika kami sering bersama
untuk kuliner, karena hobi kami ini sama persis yaitu main dan cari makanan,
he..he...he... Sehingga kami bertiga akrab dan tidak terpisahkan.
“Uci..!
(panggilan sahabat-sahabatku kepada aku) sebulan lagi kan valentine, gimana
udah punya cowok? Kan biar dapat kado.” Tanya Citra iseng kepadaku. “Boro-boro
Cit, laku juga enggak!” jawabku. “Tuh! Si Citra udah punya, tuh.” Kata Botin
(Botin panggilan aku dan Citra untuk Siti). “Wah! Masa?” jawabku kaget. “Iya,
baru semalem jadian, hehehe...” jawab Citra. “Lah! Kamu gimana, Bot?” tanyaku.
“Belum Ci, tapi udah ada yang nembak sih, tapi belum ku terima.” Jawabnya.
“Nah, kamu gimana, Ci?” Tanya Citra. “Haduh.. belum ada cenel ah!” jawabku
singkat. “Udahlah! Siapa aja, yang penting kita punya cowok dan punya hadiah
deh buat entar valentine, udah gitu putus lagi, gak masalah kan? He..he..”
jawab Citra. “Iya, entar lah pas ada yang nembak, aku terima deh.” Ucapku.
“Benar yah?” kata Botin. “Kriiing...” bel sekolah pun berbunyi, percakapan kami
pun terpotong dan kami bergegas masuk kelas dan berpisah, karena kelasku dengan
mereka berbeda.
“Grrrr...Grrrr...”
suara getar HP ku di tas, ketika sedang belajar. Diam-diam ku intip HP ku,
ternyata ada 1 nomor baru yang menelpon ke HP ku. Ku biarkan saja HP ku tak ku
hiraukan. Namun, selang beberapa menit “Grrrr...Grrrr...” HP ku kembali
bergetar dan ku biarkan saja. Sampai jam istirahat, ada 27 panggilan tak
terjawab dengan nomor yang sama. “Bot, Tra, tahu nomor ini gak?” tanyaku pada kedua
sahabatku. “Kagak, Ci! Ciieee... ciieee... penggemar rahasia kali...” mereka
meledekku. “Ahh! Stres! Ini mah bukan penggemar rahasia, tapi orang yang gak
punya kerjaan.” Jawabku kesal. “Grrr....Grrr....” HP ku kembali bergetar dan
ternyata ada sebuah pesan masuk ke HP ku. “Lusy... Sombong yah..” itu isi
pesannya. Aku pun bingung dan bertanya-tanya. “siapa yah?” ku balas sms itu.
“Yang tadi pagi manggil kamu.” Itu balasan sms keduanya. ‘A Jpank’ ya, itu dia,
laki-laki yang ku hafal, namun tak ku kenal. “Sms dari siapa tuh?” tanya Botin
sambil merebut HP ku. “Si A Jpank.” Jawabku malu. “Ciieee...ciieee...” si Citra
meledekku sambil tertawa. “Ci, udah ajalah, ke si A Jpank aja! Kan biar kita
punya pasangan buat valentine.” Si Botin berkoar. “Heh! Jangan GR dulu, siapa
tahu dia cuman iseng-iseng aja.” Jawabku kesal. “Yey! Biasa aja, Ci! Lagian
kalaupun jadian, gak akan serius kan?” jawab Citra.
Namanya
sebenarnya sederhana “Agus” cuman, nama Jpank adalah nama panggilan sejak kecil
dari Omnya, karena katanya dia mirip orang Jepang. Dan panggilan itu pun
bertahan sampai sekarang.
Tak
terasa bel tanda sekolah usai pun terdengar, karena mungkin di jam-jam sekolah
hari ini aku tak fokus, ngelamunin si pengirim sms tadi, he.. he... he..
Sudah
3 hari berlalu, tak ada missed call ataupun sms dari dia. Kesimpulanku
‘benarkan, si A Jpank cuman iseng aja.’ Pikirku sambil melangkah pergi ke
sekolah. Hari ini aku berangkat sendirian, karena teman-temanku sudah berangkat
duluan. Suara itu pun terdengar lagi dan makin mendekat. “Lusy... Lusy.. bentar
atuh.!” Ucapnya. Aku pun melangkah tanpa tentu, sepertinya kaki ku ini kusut
karena saking GR dan malunya, aku jadi salah tingkah. Dan hanya kata ini
terucap dari bibirku saat itu “Ehhh! A...” sambil tersenyum dan buru-buru
pergi. Dia pun berteriak “Lusy... nanti angkat ya telponnya.!” Haduh gak
kebayang juga ekspresiku saat itu, pasti memalukan. Sangat memalukan tepatnya.
Tibalah
aku di sekolah, seperti biasanya aku disambut hangat oleh sahabat-sahabatku
yang langsung menanyakan kelanjutan dari orang yang kemarin mengirim pesan
padaku. Namu aku hanya menjawab “Ahh! Biasa aja, gak berlanjut kok.” Karena aku
sudah berniat untuk merahasiakannya dulu dari mereka. Mereka pun hanya berkata
“Oh... Awas bohong.!” Sambil bercanda mencubit perutku dengan pelan.
Waktu
pun berlalu, aku masih berhubungan dengan dia, ya biasalah PDKT meskipun lewat
HP. Hingga tiba pada tanggal 17 Januari 2007. Dimana dia mengungkapkan isi
hatinya padaku, masih lewat HP juga, karena aku belum berani untuk menemuinya.
“Gimana Lusy?” katanya. “Gimana, apanya A.?” Jawabku. Agak sedikit malas
sebenarnya, karena hari itu memang aku lagi gak enak badan. “Iya, gimana atuh?
Kan aku udah lama nunggu jawabannya.” Ucapnya tegas. “Hmmm...gimana ya..?”
jawabku. Tapi dia langsung menyambut “Hah! Iya! Ya udah hari ini kita jadian
yah.” Ucapnya. Aku pun kebingungan dan bertanya-tanya “Bener gak yah aku udah
jadian?”
Hingga
tiba hari valentine, aku masih bingung dan sahabatku pun datang dengan wajah
bersesri-seri memamerkan hadiah yang dikasih oleh pacar-pacarnya itu. Aku pun
bertanya “Jadi! Kalian putus setelah mendapat hadiah?” mereka memberikan
jawaban yang sama “Enggaklah Ci, ternyata cowok kami baik.” “Hmm... dasar
kalian.” Kataku. “Kamu yang dasar!” kata Citra. “Dasar apa?” jawabku bingung.
“Iya. Jadian gak bilang-bilang!” jawab Botin kesal. “Nih! A Jpank nitip ini
nih!” kata Citra sambil menyodorkan bingkisan yang gedenya minta ampun. “Hah!
Gak salah? Ini, dia pasti jahilin aku. Mau bikin malu kali ya, ngasih bingkisan
segede ini.” Jawabku malu, kesel, tapi campur seneng juga, he.. he.. he.. “Ya
udahlah, gak perlu banyak alasan! Yang jelas, kamu gak jujur ah! ke kita kalau
kamu udah jadian sama si A Jpank!” ucap Citra kesal. “Ya, maaf sahabat-sahabatku,
aku pun bingung mau ngasih tau kalian juga, karena jadiannya juga
membingungkan.” Jawabku. “Membingungkan gimana?” tanya Botin. “Udahlah gak usah
dibahas lagi, yang penting sekarang si Uci udah punya cowok alias udah jadian
ama si A Jpank.” Jawab Citra, memotong pertanyaan Botin. “Jadi! Sekarang gimana
Ci? Kamu lanjut atau putus? Kan udah dapet hadiah?” tanya Citra padaku.
“Entahlah, aku juga bingung. Mungkin lanjut aja dulu, masa mutusin tanpa sebab,
malukan..?” jawabku pada mereka.
Hingga
tak terasa waktu pun berlalu begitu cepat, aku berani bertemu dengannya dan
untuk pertama kalinya aku membawa dia ke rumah dan memperkenalkannya pada orang
tuaku yang ku kenalkan sebagai ‘kekasih’.
Untuk
saat ini aku benar-benar merasakan jatuh cinta pada seorang pria. Bukan cinta
monyet! Tapi ini benar-benar cinta yang tulus dari hati ini. Dia laki-laki yang
peertama ku kenalkan pada keluargaku, dia cinta pertama yang ku rasakan dalam
hidupku. Dan dia pula lelaki yang sekarang menjadi suamiku. Aku bahagia bila
dengannya, hatiku tenang bersamanya. Walaupun sangat banyak rintangan dan
cobaan yang kurasakan untuk dapat bersatu dengannya. Namun cinta dan ketulusan
hati yang kuat, hingga kami berdua dapat melewatinya.
O...
iya... untuk sahabtku Citra, sekarang dia pun sudah menikah, dan memiliki buah
hati, namun bukan dengan cintanya waktu SMP seperti aku. He.. he.. he...
Dan
Botin dia sekarang belum menikah, dia masih kuliah di fakultas kedokteran di
Bandung. Namun dia sekarang menjalin hubungan dengan tetanggaku, yah setelah
beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki. Dengan tetanggaku yang saat
inilah yang paling awet. He..he..he..
Aku
juga sekarang masih kuliah di fakultas keguruan, karena suamiku mengijinkanku
untuk tetap mendapatkan pendidikan. Dan sekarang kami sedang menunggu seseorang
yang akan menambah keharmonisan keluarga kami, yaitu janin yang ada diperutku
yang sebentar lagi akan ada di kehidupanku. Semoga dengan kehadirannya akan
membuat rumah tangga kami tambah langgeng hingga kakek nenek.
Yah..
inilah sepenggal kisahku. Sebenarnya masih sangat-sangat banyak yang ingin ku
tulis, tapi gak akan muat kalau ditulis di cerpen, mungkin harus di buat novel.
He.. he.. he...
cinta tak sampai
Cinta Tak Sampai
Karya
: Eneng Tita Kartika Sari
Disuatu
kampung, kampung Babakan Indah tepatnya, tinggallah sebuah keluarga yang sangat
harmonis. Mereka adalah keluaga bapak Hermawan dan ibu Soraya, mereka mempunyai
seorang anak perempuan yang bernama Amelia. Amelia merupakan anak satu-satunya
yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Amelia masih kuliahan di Universitas
Bhakti Nusantara, Jurusan Teknik Informatika.
Suatu
hari Amelia mau berangkat ke kampus, lalu Amelia pamitan kepada kedua orang tuanya,
“Pak, Bu Amell berangkat ke kampus dulu yach.....!” “Iya,, hati-hati ya dijalannya!”
Jawab ibunya Amelia. Kemudian Amelia pun berangkat ke kampus naik bus, di dalam
bus Amelia bertemu dengan teman sekampusnya, “Hey! mell.” Tanya Lisa teman
sekampusnya Amelia. “Hey juga Lisa! Kenapa kamu naik bus?” tanya Amelia, karena
biasanya Lisa ke kampus pakai motor. “aahh!
Enggak, lagi males aja bawa motor.”
Jawab Lisa. “Ohh! ya udah kita berangkat ke kampus bareng aja atuh.” Ajak
Amelia pada Lisa, kemudian mereka duduk bersebelahan, di bus meraka ngobrol
banyak, biasa ngegosip.
Tidak
lama kemudian Amelia dan Lisa tiba di kampus, tiba-tiba tas yang dibawa Amelia
dijambret oleh tiga orang penjahat “Tolong...! tolong...! tas saya dijambret!”
teriak Amelia sambil mengejar-ngejar ke tiga penjahat itu. Akhirnya tidak lama
kemudian datanglah seorang pria yang menolong Amelia, pria itu berkelahi dengan
ke tiga penjahat itu dan berhasil mengambil tasnya Amelia dari ketiga penjahat
itu. Lalu Amelia dan Lisa pun megucapkan terima kasih kepada pria itu, “Makasih
yaa, udah nolongin aku, ngambil tas ini dari penjahat itu.” Ucap Amelia. “ohh! Iyaa,
sama-sama, lain kali hati-hati yaa!” jawab laki-laki itu. Dan pada saat itu
terjadilah perkenalan antara Amelia dengan dengan pria yang sudah menolongnya.
“O, yaa, nama aku Amelia, dan ini temanku Lisa.” Kata Amelia memperkenalkan
diri. “Nama ku Heri, ohh! yaa kamu kuliah disini juga? Ngambil jurusan apa?”
tannyanya padaku. “Aku ngambil jurusan Teknik Informatika.” Jawabku “kalau kamu”
lanjutku. “Ohh! Aku ngambil jurusan Teknik Mesin.” “ehh! Aku duluan yach, ada
tugas yang belum aku selesaiin, sekali lagi makasih yah.” Ucapku dan aku
langsung pergi.
Amelia
dan lisa pun pergi ke kelas, Amelia berkata pada Lisa. “Liss, kayanya ini yang
dinamakan Cinta pada pandangan pertama deh.” “Maksudnya? Kamu suka sama Heri,
mell? Tanya Lisa yang sepertinya sangat terkejut mendengar pernyataanku. “Iya,
mungkin Liss, soalnya abis kejadian tadi pikiran aku selalu tertuju pada dia”
kata Amelia. ”Ahh! Kamu Mell masa baru pertama kali bertemu udah jatuh cinta?”
ucap Lisa gak percaya.
Akhirnya
perkuliahan pun selesai, Amelia dan Lisa pun langsung pulang ke rumahnya
masing-masing, sesampainya di rumah Amelia langsung bercerita kepada ibunya. “Bu,
tau enggak? tadi Amel di jambret, tapi
untungnya ada seorang pria yang nolongin Amel.” Kata Amelia pada ibunya. “Yang
benar, mell? Tapi kamu enggak kenapa-napa, kan?” tanya ibunya khawatir. “Ya enggaklah
Bu, kan keburu ada yang nolongin Amell. Bu, kenapa yachh setelah kejadian tadi
sampai sekarang perasaan Amell selalu
memikirkan pria yang udah nolongin Amell tadi itu.” Kata Amelia memberitahukan tentang
perasaannya. “Mungkin kamu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kali Mell. Eumm, siap sich nama pria itu, pria
yang udah masuk kepikiran kamu?” tanya ibu Amelia sambil menggoda Amelia. “Ach!
Ibu mau tau aja. Namanya Heri, bu.” Kata amelia malu-malu.
Keesokan
harinya Amelia bertemu lagi dengan Heri dikampus, mereka berduapun langsung saling
sapa, dan ngobrol panjang lebar di taman belakang kampus. Amelia bercerita pada
heri bahwa Amelia memiliki perasaan yang lebih kepadanya, Heri pun menjawabnya,
bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Amelia. Setelah keduanya
saling menyatakan perasaannya masing-masing, akhirnya merekapun meyatakan untuk
saling mencintai dan saling menyanyangi. Tiba-tiba Lisa datang menghampiri
Amelia dan Heri “Hey Mell! Hey Heri! udah lama kalian disini?” tanya Lisa.
“Ach! engga kok, kami belum lama disini, baru sebentar kok.” Jawab Amelia agak
malu ketika menjawab pertanyaan Lisa. Baru beberapa menit setelah datangnya
Lisa, Heri pamitan pada Amelia dan Lisa untuk pergi duluan ke kelas “Ech! Aku ke
kelas duluan yah, soalnya aku ada kuliah.” Kata Heri dan langsung pergi menuju
kelasnya.
Amelia
dan Lisa pun pergi juga ke kelas, sesampainya mereka dikelas Amelia langsung
menceritakan soal hubungannya dengan Heri pada Lisa, yang sudah saling
menyatakan cinta. Pada awalnya Lisa enggak percaya soal hubungan mereka berdua
yang terlalu cepat untuk saling menyatakan cinta, tetapi setelah mendengar
cerita dari Amelia, bahwa Amelia sangat mencintai Heri, pada akhirnya Lisa pun
percaya soal jalinan asmara mereka.
Lama
kelamaan jalinan cinta antara Amelia dan Heri sangat indah dan romantis. Pada akhirnya
mereka berdua pun memutuskan untuk meneruskan jalinan cinta mereka ke jenjang
pernikahan, dan merekapun mau mencoba untuk memberi tahu kedua orang tuanya
masing-masing bahwa mereka sudah siap untuk meneruskan hubungannya ke jenjang
pernikahan.
Pada
suatu hari Heri menceritakan soal hubungannya dengan Amelia pada kedua orang
tuanya. “Bu, Pak, sekarang Heri lagi dekat dengan seorang perempuan yang
bernama Amelia, boleh enggak Pa, Bu, kalau Heri mengajak dia main kerumah?”
tanya Heri kepada kedua orang tuanya. “Tidak boleh!” dengan keras dan marahnya
bapak Heri menjawab pertanyaan Heri. “Lho kenapa Pa, masalhnya apa?” tanya
Heri. “Apa kamu tidak tau sejak kecil kamu sudah dijodohkan dengan anaknya pak
Herlambang yang sekarang sedang kuliah di Universitas Luar Negeri?” kata
bapaknya Heri. “Kenapa aku tidak di kasih tahu masalah soal perjodohan itu pak?”
tanya Heri pada bapaknya. “Memangnya sangat penting bagi kamu soal perjodohan
itu.?” Tannya nya. “Ya ialah pak, sangat penting, soalnya itu masalah
pendamping hidup aku. Pokoknya, meskipun bapak dengan ibu tidak menyetujui soal
hubungan Aku dengan Amelia, aku akan tetap memperjuangkan cinta Aku.” Jawab
Heri tegas.
Setelah
kejadian itu bapak Heri sangat marah terhadap Heri, yang telah memutuskan untuk
melanjutkan hubungannya dengan Amelia. Pada akhirnya kedua orang tua Heri
memutuskan untuk menemui Amelia dan kedua orang tuanya. Suatu malam kedua orang
tua Heri menemui Amelia dan kedua orang tuanya. Tok-Tok-tok suara orang mengetuk
pintu ternyata orang tua Heri datang kerumah Amelia. “Iya, tunggu sebentar. Siapa
yah pak, malam-malam begini datang kerumah?” kata ibu Amelia sambil bergegas
membuka pintu. Setelah ibu Amelia membuka pintu tiba-tiba kedua orang tua Heri
memaki ibu Amelia dengan kata-kata yang kasar. Sambil marah-marah kedua orang
tua Heri berkata “Sebenarnya kalian bisa mengajarkan anak kalian untuk bersikap
dengan benar tidak.?” perkataan kedua orang tua Heri terhadap kedua orang tua
Amelia. “Apa maksud kalian bicara seperti itu terhadap kami?” jawab Bapak
Amelia. Dengan tegasnya bapak Heri berbicara “Tolong katakan pada anak kalian
supaya tidak menggangu kehidupan anak kami lagi. Anak kami sudah di jodohkan
dengan anak orang kaya!” kata bapak Heri, terhadap kedua orangtua Amelia. “Memangnya
siapa yang sudah menggagu anak kalian ada juga anak kalian yang sudah menggangu
anak kami.” Tegas bapak Amelia sambil marah-marah. Kemudian bapak Amelia
megusir kedua orangtua heri. “Pergi kalian sekarang juga, sudah datang ke rumah
orang lain, malam-malam pakai
marah-marah lagi, kaya orang gila saja kalian.” Bentak bapanya Amelia. Setelah
itu kedua orang tua Heri pergi dari rumahnya Amelia. Lalu Bapak Amelia berkata
pada Amelia “Mell! mulai dari saat ini kamu harus jauhi laki-laki itu. Buat apa
kamu menjalin hubungan dengan orang yang mempunyai oarang tua yang sikapnya
kaya orang gila. Pokoknya kalau sampai kamu ketahuan masih menjalin hubungan
dengan laki-laki itu kamu akan bapak usir dari rumah ini.” Kata Bapak Amelia.
Sambil menangis Amelia menjawab “Tapi pak, Amell sangat mencintainya, Amell enggak
bisa hidup tanpa dia pak, tolong pak jangan pisahkan Amell dengan dia.” Dengan
suara yang tegas dan marah-marah bapak Amelia berkata lagi “Pokoknya, sekali bapak
bilang tidak, tetap tidak!”
Pagi-pagi
sekali Heri datang kerumah Amelia. Heri melemparkan sebah kertas tepat ke kamar Amalia, sesuadah Heri melihat bawa
kertas yang dilemparkannya sudah dibuka oleh Amelia, Heri langsug pergi dari
rumah Amelia.
Amelia
membuka kertas itu yang berisi “Mell, sesugguhnya berat rasanya bagiku untuk
mengatakan ini semua, tetapi apa dayaaku, kedua orang tuaku tidak merestui
hubungan kita. Mell, hari ini aku dan kedua orang tuaku, mau pindah ke Luar Negeri.
Ingin rasanya aku tinggal disini saja hidup bersamamu selamanya. Mell, jangan
pernah kau coba tinggalkan aku, aku janji suatu saat aku akan datang menemuimu.
Mell aku ingin sebelum aku pergi, aku melihat wajah dan senyuman manismu yang
terakhir. Mell, Aku tunggu kedatanganmu dibandara
jam 8 pagi ini. Aku mohon Mell datanglah untuk yang terakhir kalinya sebelum
aku pergi.”
Setelah
membaca surat itu, Amelia langsung pergi menyusul Heri ke bandara. Sesampainya
dibandara Amelia langsung mencari-cari Heri kesana kemari, Heri pun begitu.
Heri selalu menengok ke belakang berharap bahwa Amelia akan datang menemuinya.
Bapak heri berkata “Kenapa kamu melihat kesana kemari, siapa yang kamu tunggu?
Ayo cepat jalannya nanti ketinggalan pesawat.” “Iya pak, tunggu sebentar.”
Jawab Heri. Akhirnya Amelia pun melihat Heri sedang berjalan bersama kedua
orangtuanya, tetapi Amelia ragu-ragu untuk menemui Heri, karena Heri sedang
bersama kedu orangtuanya. Akhirnya Amelia pun hanya melihat kepergian Heri dari kejauhan. Amelia sambil menangis
berbicara di dalam hati bahwa dia akan selalu menunggu kedatangan Heri. Begitu
pula Heri yang selalu berharap bahwa Amelia tidak akan pernah melupakannya.
Beberapa
tahun kemudian. Tak terasa Amelia sudah lulus kuliah dan mendapatkan beasiswa S2
keluar Negeri. Amelia segera memberitahukan berita gembira ini pada kedua orang
tuanya. “Pak, Bu, Alhamdulilah sekarang Amell udah Lulus kuliah dan berhasil
mendapatkan beasiswa S2 ke Luar negeri.” Kata Amelia pada kedua orang tuanya.
“Iya Mell, syukur Alhamdulilah kamu mendapatkan beasiswa itu, ibu dan bapak
akan selalu mendo’akan untuk keberhasilanmu.” Kata Ibu dan Bapak Amelia sambil
meneteskan airmata bahagia.
Keesokan
harinya. Pagi-pagi sekali Amelia pun berangkat ke Luar negeri untuk melanjutkan
S2 nya ke luar negeri. Di dalam pesawat Amelia ketiduran dan bermimpi bahwa dia
akan bertemu lagi dengan Heri. ketika amelia bangun dari tidurnya dia terkejut
bahwa dia bermimpi seperti itu, tetapi dia juga berharap bahwa mimpi itu akan
jadi kenyataan.
Akhirnya
tengah malam Amelia sampai di Luar
negeri tepatnya di New York, Amelia berkata “Wow Amazing, Subhanallah, ya tuhan
sungguh indah kuasamu.” Amelia takjub melihat ke indahan kota New York. Amelia
pun langsung pergi ke Apartmennya yang tidak jauh dari kampus yang akan menjadi
tempatnya untuk menuntut ilmu. Dia langsung masuk ke apartmennya dan langsung
menuju tempat tidur, karena kecapean setelah perjalanan tadi Amelia pun tidur terlelap,
karena keesokan harinya Amelia harus mulai kuliah.
Keesokan
harinya, Amelia mulai masuk kuliah di kampus barunya. Amelia pun langsung masuk
ke kelas dan duduk bersama teman yang lainnya untuk memulai mata kuliah
pertamanya. Tiba-tiba datanglah seorang lak-laki yang sangat ganteng bersama
teman perempuannya bergandengan tangan. Amelia pun terkejut melihat laki-laki
yang baru saja datang besama teman perempuan masuk ke kelas. Ternyata laki-laki
itu adalah Heri bersama perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tua Heri, orang
yang selalu di nanti-natikan kedatanganya oleh Amelia. Heri dan Amelia pun langsung
saling berpandangan, langsung teringat pada masa lalu mereka. Setelah itu
Amelia langsung pergi ke luar sambil berlari dan menangis. Tidak lama kemudian
Heri pun pergi ke luar menyusul Amelia, tetapi sayangnya Heri tidak menemukan
amelia. Heri berkata di dalam hatinya “Ya tuhan, Amelia ada disini. Heri pun
terus mencari ke mana perginya Amelia.
Siangnya
Amelia pergi ke rumah sakit untuk membeli obat untuk teman seapartmennya.
Disana Amelia bertemu lagi dengan Heri, meraka pun langsung saling sapa. Amelia
menyapa Heri dengan agak ragu “H..hhe..y! gimana kabar kamu? gak nyangka yachh
kita akan bertemu lagi.” Heri menjawab “Iya, ini merupakan sebuah takdir yang
mempersatukan kita kembali.” “kok kamu ada disini, pake seragam pasien pula
lagi.” Tanya Amelia heran. “Aah! Enggak, iseng aja.” Jawab Heri sambil
tersenyum. Tiba-tiba datanglah temen
cewenya heri, menghampiri mereka berdua, dan berkata ”Sayang siapa cewek itu? Kayanya
akrab banget sama kamu?” ”Enggak kok, dia itu temen kuliah aku dulu.” Jawab
Heri. “Ohh! kirain mantan pacar kamu.” Kata cewek itu. Padahal mereka adalah
sepasang kekasih yang harus terpaksa berpisah.
Keesokan
harinya Heri sakit parah, masuk rumah sakit dan harus di operasi karena Heri
menderita penyakit kanker usus stadium akhir dan enggak bisa di obati lagi.
Kedua orang tua Heri dan pacarnya Heri panik, dan sangat takut bahwa Heri akan
pergi untuk selamanya meninggalkan mereka semua. Heri berkata pada kedua orang
tuanya “Bu, Pak, Heri sebentar lagi akan pergi meninggalkan kalian semua.” Kata
heri. “Heri, kenapa kamu bicara seperti itu, enggak baik nak bicara seperti
itu.” Kata ibunya Heri. “Tapi benerkan? sebentar lagi heri akan mati bu?” tanya
Heri. “Bu, Pak, sebelum Heri pergi ada satu permintaan heri.” “Apa nak? coba
katakan apa keinginan mu ibu dan bapak akan mengabulkan semua keinginanmu.” Kata
ibunya Heri. “Bu, Pak, sebelum Heri pergi, Heri cuman mau di temeni sama
Amelia, Heri sayang dan cinta banget sama Amelia.” Kata Heri. “kenapa kamu
masih menanyakan Amelia, Amelia jauh di negara lain.” Kata ibunya Heri. “Enggak
Bu, Amelia ada disini, kemarin aku bertemu dia disini. Dia satu kampus sama
Heri, bu. Dia sekarang tinggal di sebuah apartmen yang ada di dekat kampus.”
Kata Heri menjelaskan pada ibunya. “Baiklah nak, kalau memang Amelia ada
disini, ibu akan bawa amelia ke sini untukmu sekarang juga.” Kata ibunya Heri,
dan langsung pergi untuk menemui Amelia ke tempat yang tadi disebutkan oleh
Heri.
Tidak
lama kemudian kedua orang tua Heri sampai di apartmennya Amelia, kebetulan
Amelia sedang ada di depan apartmennya dan langsung mengajak kedua orang tua
Heri untuk masuk ke dalam apartmennya, karena gak sopan kalau ngobrol di luar. Ibu
Heri mengatakan maksudnya datang kesana yaitu untuk menjemput Amelia ke rumah
saki untuk memenuhi permintaan terakhir anaknya. Karena Amelia terlanjur sakit
hati pada kedua orang tua Heri, Amelia menolak untuk datang ke rumah sakit,
tapi ibnya Heri terus-terusan menangis dan memohon-mohon pada Amelia agar mau
ikut ke rumah sakit. Dan akhrinya Amelia pun mau datang ke rumah sakit untuk
menemani Heri.
Sesampainya
Amelia dan kedua orang tua Heri di rumah sakit, Amelia langsung menghampiri Heri
yang sedang terbaring sakit dan tak berdaya. “Heri, ini aku Amelia. Aku datang
untuk menemuimu tapi buka untuk yang terakhir. Aku mohon jangan tinggalin aku,
aku tak bisa hidup tanpamu.” Kata Amelia sambil menangis disamping Heri yang
terbaring. “Aku juga tidak bisa hidup tanpamu, Mell. Tapi ini sudah menjadi takdir
kita untuk tidak bersatu. Ini hari terakhir kita bertemu. Jaga dirimu
baik-baik, Mell. Aku akan selalu mencintaimu.” Itulah kata-kata terakhir yang
disampaikan Heri kepada Amelia dan Heri pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Semua
orang yang ada di ruangan itu menangis tersedu-sedu karena sudah ditinggalkan
oleh orang yang sangat dicintainya, Heri. Apalagi Amelia, Amelia menangis
sangat histeris.
Amelia
pun melanjutkan hidupnya, dan dia berhasil menyelesaikan kuliahnya. Kini dia
sudah sukses. Dia bekerja di sebuah perusahan pembuatan robot di Jepang dan
disanalah dia mendapatkan pengganti Heri, walalupun dia tidak bisa sepenuhnya
melupakan Heri.
.
Langganan:
Postingan (Atom)